Gerakan Makan Telur, NFA Bangun Kolaborasi Gencarkan Pangan B2SA-Penurunan Stunting

Gerakan Makan Telur, NFA Bangun Kolaborasi Gencarkan Pangan B2SA-Penurunan Stunting
Acara Gemar Makan Telur di Lapangan Desa Kebumen, Kabupatem Kendal, Jawa Tengah yang diinisiasi Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA), Minggu (25/9). Foto: Humas Badan Pangan Nasional

Arief mengatakan berdasarkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2021, kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia masih belum beragam, dan bergizi seimbang di mana masih tingginya konsumsi padi-padian, minyak dan lemak serta kurangnya konsumsi pangan hewani, sayur, buah, serta umbi-umbian.

Salah satu sumber protein hewani yang mudah didapat dan relatif murah adalah telur, kandungan nutrisi telur begitu lengkap baik makro maupun mikronutrien, namun konsumsi telur kita masih sebesar 7,5 kg/kapita/tahun.

Jika dibandingkan negara lain, konsumsi telur per kapita Indonesia masuk urutan ke-15 dunia.

"Tentu upaya peningkatan konsumsi telur perlu terus dilakukan melalui gerakan gemar makan telur seperti hari ini. Kita sosialisasikan tagline Makan Enak Makan Sehat Makan B2SA, yaitu Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman," ungkap Arief.

"Seperti kita ketahui, angka prevalensi stunting Indonesia tahun 2021 masih sebesar 24,4 persen sedangkan standar WHO adalah 20 persen, sehingga Indonesia masuk kategori masalah stunting yang tinggi. Bapak Presiden Joko Widodo sangat konsern atas hal tersebut dan memberikan arahan kepada kita semua agar di tahun 2024 angka prevalensi stunting Indonesia harus bisa di bawah 14 persen. Tentunya perlu kerja keras dan keterlibatan semua pihak baik pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat agar prevalensi stunting terus menurun seperti yang ditargetkan oleh bapak presiden," kata Arief.

Dalam kesempatan tersebut, juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Badan Pangan Nasional dengan BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) tentang Sinergi Mewujudkan Ketahanan Pangan dan Gizi melalui Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan momentum ini sangat penting dalam sinergi bersama percepatan penurunan stunting.

"Kita upayakan bersama bagaimana telur ini dikonsumsi sebagai sumber protein untuk stunting. Saya kira ini penting untuk mengembangkan kolaborasi pangan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia kita." ujar Hasto.

Gemar makan telur tidak hanya menyehatkan masyarakat Indonesia, namun juga dapat menjadi salah satu upaya untuk pencegahan stunting.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News