Gerakan Non Blok Dianggap Masih Relevan Menjadi Kekuatan Penjaga Perdamaian

Gerakan Non Blok Dianggap Masih Relevan Menjadi Kekuatan Penjaga Perdamaian
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto memberikan paparan pada sesi di Konferensi “Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective” di Surabaya, Jumat (11/11). Foto: Fathan

Menurutnya, selama ini sudah ada pergerakan sosial, perempuan, dan lainnya dari bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Namun selama ini gerakan itu belum sepenuhnya didengar.

“Jadi, dengan semangat baru ini, dengan legacy (KAA) Bandung dan Gerakan Non Blok, kita punya alat untuk mengubah dunia,” tegas Beatriz.

Sementara inisiator Konferensi Bandung-Belgrade- Havana, Darwis Khudori mengatakan satu hal yang kini menjadi tantangan bagi bangsa Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Menurut Khudori tantangan itu ialah menemukan kepemimpinan baru yang bisa menggerakkan solidaritas. Dahulu, di generasi pertama pimpinan negara Asia, Afrika, Latin, ada sosok seperti Soekarno, Nehru, hingga Fidel Castro. Mereka bisa menggerakkan solidaritas itu.

Namun makin ke sini, pemimpin generasi kedua dan ketiga, ternyata kerap dianggap kurang bisa mengangkat kembali semangat solidaritas bangsa-bangsa Asia, Afrika, Latin, dan yang tergabung dalam GNB.

“Maka menjadi tantangan ke depan bagaimana ada sosok pemimpin yang bisa menggaungkan kembali solidaritas itu,” tegas Darwis.

Acara Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective merupakan tapak tilas KAA 1955.

Pemhukaan dilakukan di Jakarta pada beberapa hari lalu. Setelahnya, peserta berangkat di Bandung, bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad), membahas langkah-langkah berbasis semangat Konferensi Asia Afrika 1955. Setelah itu rombongan ke Surabaya, dan selanjutnya akan ke Bali.

Teori geopolitik Bung Karno mendorong adanya kekuatan baru untuk menjaga perdamaian dunia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News