Gereja Bar

Oleh Dahlan Iskan

Gereja Bar
Dahlan Iskan di Stadion Anfield, Liverpool. Foto: disway.id

Sepagi itu, pukul 9.30, sudah banyak yang tiba di stadion Liverpool. Pertandingan baru mulai jam 12.30.

Pedagang kaki lima juga sudah menggelar dagangan mereka --jersey Liverpool yang tidak asli. Mereka berdagang di seberang jalan depan stadion.

Di halaman stadion saya bertanya ke lebih 20 orang yang sudah datang sepagi itu. Semua mengaku baru sekali itu ke stadion Liverpool.

Ada yang dari Hong Kong. Dari Jepang. Shanghai. Islandia. Rumania. Ghana. Mesir. Amerika. Mereka menggunakan jersey lengkap: kaus, jaket, dan syal.

Selama masa penantian 3 jam itu mereka foto-foto. Begitu banyak objek yang bisa jadi latar belakang foto. Apalagi ada kejutan. Ada yang begitu miripnya dengan Jürgen Klopp --pelatih Liverpool. Atau mirip Mohamed Salah.

Tampilannya pun dimirip-miripkan Klopp atau Salah: rambutnya, kaca matanya, gayanya. Mereka pun jadi objek selfie.

Namun saya tadi belum sempat sarapan.

Banyak sekali bar di sepanjang jalan depan stadion. Apalagi kalau mau belok kiri. Saya menelusuri jalan itu. Melewati pedagang-pedagang kaki lima lainnya.

Liverpool di mata saya adalah hasil sukses dari sebuah sakit hati. Jangan lupa: banyak orang sukses dengan dorongan sakit hati seperti itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News