Glass: Ending Gagal M Night Shyamalan

Glass: Ending Gagal M Night Shyamalan
Glass. Foto: Youtube

"Itu hanya salah satu di antara banyak alur yang tidak masuk akal yang diperkenalkan oleh pembuat film. Tidak ada gunanya, kecuali untuk meningkatkan ketegangan, ketika pahlawan, penjahat, dan dalang berkumpul menuju klimaks yang tak terhindarkan," komentar Michael O'Sullivan, kolumnis The Washington Post.

Glass dinilai kurang menegangkan dan menjadi penutup yang gagal untuk Unbreakable dan Split. Meski begitu, tidak berarti film itu sangat buruk. Tidak. Masih ada beberapa elemen yang menjadikan Glass menghibur.

Salah satunya, kemampuan akting para aktornya. Tidak terkecuali McAvoy yang mampu mengganti gaya bicara dan bahasa tubuh dengan cepat, menyesuaikan pergantian 24 kepribadian Kevin.

Sosok The Beast ditampilkan lebih sering dalam film itu daripada Split. Namun, McAvoy tetap bisa menampilkan sosok Hedwig, bocah berusia 9 tahun yang polos dan kocak, sampai karakter perempuan dewasa yang bijaksana, Patricia.

McAvoy menjadi "penghidup" film itu. Bahkan, tak jarang menuai tawa penonton. "Dia mendapat sebagian besar scene di Glass, yang pada akhirnya adalah hal baik karena semua orang dalam film itu terlihat sangat lemah," tulis Joshua Rivera, kolumnis GQ.

Secara keseluruhan, Glass bukanlah film terbaik bagi sutradara dengan bakat sebesar Shyamalan. "Pada akhirnya, Glass lebih dari setengah kosong, bukannya penuh," tulis Chris Nashawaty, komunis Entertainment Weekly. (adn/c11/jan)

Glass akhirnya dirilis. Sekuel Unbreakable dan Split karya M Night Shyamalan itu dinilai gagal oleh kritikus. Apa alasannya?


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News