GMNI Minta Para Stakeholder Tidak Hanya Membahas Kemegahan JIS

GMNI Minta Para Stakeholder Tidak Hanya Membahas Kemegahan JIS
Stadion Jakarta International Stadium (JIS) diusulkan ke FIFA menjadi salah satu venue Piala Dunia U-17 2023. Foto/dok: Ryana Aryadita Umasugi/JPNN.com

Menurut Arjuna, mereka yang digusur juga warga negara yang berhak mendapatkan keadilan dan haknya. Bukan hanya pencinta bola.

“Di balik keindahan dan kemegahan JIS ada luka rakyat kecil yang digusur. Membangun stadion sepak bola memang meningkatkan popularitas Anies Baswedan selaku eks Gubernur. Tetapi, meninggalkan jejak luka yang menyayat rasa keadilan rakyat,” ujarnya.

Arjuna menilai JIS bukan hanya monumen kemegahan stadion sepak bola, namun juga monumen penderitaan rakyat yang dikorbankan hanya demi popularitas.

Sampai hari ini warga korban penggusuran masih menagih janji kepada PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai pemilik aset. Mereka telah melayangkan banding administratif terhadap Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan PT Jakpro.

Kampung Susun Bayam sampai saat ini belum terbuka untuk warga yang rumahnya digusur. Hingga saat ini pun dinyatakan tidak ada satupun warga yang menempati bangunan tersebut. 

“Jadi, mana janji relokasi? Mengganti kata gusur dengan relokasi, hasil akhirnya rakyat terlunta-lunta hidupnya hanya demi elektabilitas. Bahkan harga sewa Kampung Susun Bayam juga sangat mahal, tidak sesuai dengan kemampuan ekonomi warga yang digusur yang hanya pekerja harian dan serabutan,” kata Arjuna.

Untuk itu, Arjuna meminta Presiden Jokowi dapat memberikan perhatian ataupun ikut turut tangan dalam menentukan nasib warga Kampung Bayam.

Presiden bisa memerintahkan Pemprov DKI Jakarta agar warga Kampung Bayam dapat menghuni Kampung Susun Bayam dengan harga terjangkau.

GMNI sebut JIS bukan hanya menyisakan proyek yang tak sesuai dengan standar FIFA, namun juga melukai rakyat kecil yang tinggal di Kampung Bayam dan Bambu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News