Golput Berpotensi Kalahkan Perolehan Suara Calon

Golput Berpotensi Kalahkan Perolehan Suara Calon
Warga mengikuti pencoblosan Pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua di TPS 28, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, Rabu (19/4). Foto : Ricardo/JPNN.com

Pendukung tidak loyal inilah yang terancam beralih ke paslon lain. Mereka rentan mengalihkan dukungan jika kecewa terhadap paslon yang didukungnya. Tapi, jika ada paslon yang membuatnya kecewa, bisa jadi akan memilih golput.

Dosen Ilmu Politik FISIP UB Wawan Sobari SIP MA PhD menyatakan, pihaknya menemukan sinyal-sinyal bakal melonjaknya jumlah golput di Pilwali 2018.

”Ketika saya berbicara dengan masyarakat bawah, banyak yang kecewa (dengan calonnya). Kalau begini (calon terjerat kasus dugaan korupsi), buat apa pilwali,” kata Wawan.

Pria berusia 44 tahun itu menduga, kekecewaan masyarakat muncul karena dua cawali (Moch. Anton dan Ya’qud Ananda Gudban) yang kini ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena tersangkut kasus dugaan suap pembahasan APBD-P 2015.

”Masyarakat kecewa, itu pasti,” kata alumnus Universitas Padjadjaran (Unpad) itu.

Wawan menilai wajar jika ada timses yang resah karena pendukungnya golput. Dia tidak bisa memprediksi berapa persen angka golput pada Pilwali 2018. Namun, jika jumlah golput meningkat, Wawan menyatakan, itu akan merugikan pasangan Menawan dan Asik.

”Jika aksi golput benar terjadi, maka akan menguntungkan paslon lain. Yaitu, Sae,” kata pria kelahiran Bandung, 1 Agustus 1974, itu.

Wawan menyarankan agar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Malang cepat menyikapi isu bakal melonjaknya angka golput. Minimal harus bisa meyakinkan masyarakat bahwa golput tidak akan menyelesaikan masalah.

Pada Pilkada Serentak 2018 diprediksi angka golongan putih melonjak, bahkan diperkirakan akan mengalahkan suara yang diperoleh pasang calon.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News