Gua-gua Belanda dan Pos Intai Kapal di Pulau Nusakambangan

Gua-gua Belanda dan Pos Intai Kapal di Pulau Nusakambangan
Amunisi peninggalan Belanda yang tersisa di gua yang tak jauh dari Menara Mercusuar di Pulau Nusakambangan. Ady Setiawan (foto tengah). FOTO: Gunawan Sutanto/Jawa Pos

Ady Setiawan dan Komandan Unit Intel Lanal Cilacap Kapten Laut (S) Munadi langsung melakukan pengamatan. Mereka mencatat kondisi dan temuan di dalam gua tersebut. Menurut Ady, keberadaan gua tersebut tak bisa dipisahkan dari benteng-benteng yang dibangun Belanda di Nusakambangan. Ady menduga gua itu menjadi pusat penyimpanan amunisi.

’’Biasanya tempat penyimpanan amunisi agak jauh dari benteng. Biar kalau (benteng) dibom, lawan tidak hancur,’’ jelasnya.

Berdasar pengamatan Ady, susunan benteng dan gua amunisi itu persis seperti gua di Kedung Cowek, Surabaya. ’’Benteng di Kedung Cowek itu tempat penyimpanan amunisinya jauh, di Tambak Wedi,’’ kata penulis buku Benteng-Benteng Surabaya tersebut.

Ady memiliki arsip blueprint pembangunan benteng-benteng Hindia Belanda di Indonesia pada zaman kolonial.

Di dalam gua itu kami ’’menemukan’’ 4 buah amunisi yang masih aktif. Panjangnya 70 cm dengan diameter 11,5 cm. Kondisi peluru itu sudah berkarat. Seingat Fauzan, dulu jumlahnya banyak. Ady memperkirakan peluru tersebut digunakan penjajah Belanda mulai 1830 sampai berakhirnya Perang Dunia II.

Setelah mencatat seluruh temuan, tim meninggalkan Gua Cimiring. Dibutuhkan perjuangan ekstra untuk keluar dari gua yang bagian dinding atasnya sudah rapuh itu. Kami harus memanjat timbunan bebatuan dan tanah yang menutup akses keluar gua. Salah menapak, timbunan batu serta tanah bisa ambrol.

Setelah berhasil keluar gua, perjuangan belum selesai. Kami harus memanjat tebing lagi untuk menuju jalan di depan kompleks mercusuar. Kemiringan tebing menuju jalan utama lebih curam dibandingkan ketika turun menuju pintu gua. Kami memperkirakan kemiringannya sekitar 60 derajat.

Untuk sampai ke atas, kami harus menapaki batang-batang pohon yang tumbuh di sekitar tebing. Sebab, bergantung pada batu saja tidak cukup aman.

Serunya menyusuri gua dan benteng Belanda di Pulau Nusakambangan, menelisik jejak sejarah colonial di pulau penjara itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News