Guru Besar UIN: Santri Belajar di Luar Negeri Harus Berideologi Kuat

Guru Besar UIN: Santri Belajar di Luar Negeri Harus Berideologi Kuat
Guru besar UIN mengatakan santri yang belajar di luar negeri harus berideologi Pancasila yang kuat. Foto: FSI

jpnn.com, JAKARTA - Guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Prof. Tajul Arifin mengatakan dalam sejarah perjuarang Indonesia, kiai dan santri menjadi garda terdepan membela dan mempertahankan negara dan ideologi Pancasila.

Oleh karena itu, para santri yang menimba ilmu ke dunia barat hingga Tiongkok, untuk tetap bisa mempertahankan ideologi Pancasila.

Menurut Prof. Tajur Arifin, sebaiknya santri yang dikirim menimba ilmu minimal untuk studi lanjut pada level S2, sehingga secara ideologi sudah kuat.

"Kalau santri yang berangkat ke negara lain tamatan SMA bisa dipengaruhi mereka," kata Tajul Arifin saat menjadi pembicara pada seminar bertajuk “Santri, Elit Bisnis, dan Strategi Kuasa Lunak Tiongkok,” yang diselenggarakan Forum Sinologi Indonesia di Jakarta, baru-baru ini.

Ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI) Johanes Herlijanto menambahkan, Tiongkok bukan hanya merangkul para santri dan komunitas muslim, tetapi juga elit bisnis, termasuk komunitas Tionghoa.

“Melalui UFWD, Tiongkok memberi gambaran soal sistem politik yang sedang berjalan, sekaligus memberi pengaruh pada partai politik negara lain, komunitas diaspora, dan perusahaan-perusahaan multi nasional,” tuturnya.

Menurut Johanes, peran UFWD makin penting seiring dengan keyakinan Xi Jinping bahwa orang-orang Tionghoa perantauan memiliki peran penting dalam proyek peremajaan bangsa Tionghoa.

"UFWD diberi tugas untuk merangkul Tionghoa perantauan dan mendorong mereka untuk menyampaikan cerita tentang Tiongkok, menjalin hubungan dengan para politisi setempat, serta mempengaruhi kebijakan,” katanya.

Guru besar UIN mengatakan santri yang belajar di luar negeri harus berideologi Pancasila yang kuat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News