Guru Hamil Pendarahan saat Ikut PLPG, Meninggal Dunia

Guru Hamil Pendarahan saat Ikut PLPG, Meninggal Dunia
Suasana salah satu kelas PLPG di BLK Kalsel, Sungai Ulin Banjarbaru, kemarin. Foto: SYARAFUDDIN/RADAR BANJARMASIN/JPNN.com

"Kami kaget. Naiknya kok drastis sekali. Guru dibuat kelabakan. Kami merasa dikerjai," imbuhnya.

Itu belum ditambah pra PLPG selama dua bulan via pembelajaran online. Plus PLPG selama 11 hari, dimana guru harus tidur di asrama dan mengikuti kelas-kelas persiapan UTN. Sementara para guru ini tetap harus menjalankan kewajiban mengajar di sekolah.

"Kami yang lelaki mungkin masih kuat. Tapi bagi para ibu guru, jelas kewalahan. Mereka tetap mengajar di sekolah, ngurus sertifikasi, sembari merawat suami dan anak di rumah," bebernya.

Lalu, mengapa W nekat mengejar sertifikasi padahal sedang hamil tua? Rumornya, tahun depan ada perubahan kebijakan lagi.

Bukan sekadar PLPG selama 11 hari, tapi kuliah selama satu semester. Akhirnya, W lebih memilih memaksakan diri tahun ini.

"Jadi dilema. Menunggu kelahiran anak atau menempuh kuliah pada tahun depan," pungkas Anton.

Rentetan kebijakan yang terus berubah ini ulah pemerintah pusat. Di Kalsel, KSG (Konsorsium Sertifikasi Guru) yang ditunjuk sebagai penyelenggara adalah ULM (Universitas Lambung Mangkurat).

Ahmad Sofyan adalah salah seorang instruktur PLPG. Selama sepuluh tahun ia terlibat dalam penyelenggaraan sertifikasi guru. Kebetulan pula, Sofyan mantan Dekan FKIP ULM.

Sebagian teman W yang mengikuti PLPG menduga almarhumah kelelahan dan tertekan, menghadapi syarat dan ujian sertifikasi yang kian berat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News