Guru Nyambi Pengayuh Becak, Demi Hidupi Tiga Anak

Guru Nyambi Pengayuh Becak, Demi Hidupi Tiga Anak
Guru Nyambi Pengayuh Becak, Demi Hidupi Tiga Anak
“Waktu itu kebetulan di SMP Nusantara ini tidak ada guru kesenian. Karena saya dipandang punya bakat, saya lalu ditawari menjadi guru. Tawaran ini kemudian saya terima,” tutur sembari menatap barisan siswa yang tengah berlatih upacara.

Namun sayang, meski telah mengabdikan diri selama 24 tahun, embel-embel guru honorer hingga kini tidak juga lepas. Saat ini ia hanya menerima honor sebesar Rp224 ribu per bulan. Di zaman ini, jumlah itu tentu sangat jauh dari kata cukup.

Meski demikian, Di tengah himpitan ekonomi karena harus menghidupi keluarganya, Sugeng mengambil keputusan yang cukup mengejutkan. Sejak 1993 ia akhirnya memutuskan untuk menjadi pengayuh becak.

“Mau bagaimana lagi mbak, kerjaan ini yang paling bebas karena tidak ada tekanan atau tuntutan dari manapun. Kapan saja saya punya waktu, saya bisa narik (becak),” ungkapnya.

Dijelaskan, pada saat ia mendapat jam mengajar siang hari, ia mengayuh becak pada sore dan malam hari. Demikian sebaliknya. Dari usaha ini, Sugeng bisa mengantongi penghasilan hingga Rp30 ribu per hari. Meski kerap harus pulang hingga larut, ia tetap setia menjalani profesi ini.

Tahun ini genap 18 tahun, Sugeng menjalani profesi gandanya sebagai guru SMP dan pengayuh becak. Tidak pernah sedikitpun terlontar keluhan dari bibirnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News