Gus Karno
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
"Itu toa apa Gus?" tanya saya.
"Tiap hari Jumat, pukul 11.00 waktu Bali, dari toa itu berkumandang rekaman proklamasi yang diucapkan Bung Karno di Pegangsaan Timur Jakarta," katanya.
Patung Bung Karno pun menyatu dengan suara Bung Karno di perempatan Jalan Bung Karno.
Dari Jalan Bung Karno ini, kemarin-kemarin, ada jalan kecil bernama Tantular Barat Sekian. Sekalian. Gus Marhaen mengubah nama itu: menjadi Jalan Pegangsaan Timur. Di luar Jakarta hanya di Bali ada Jalan Pegangsaan Timur.
Di jalan inilah Gus Marhaen membangun Museum Pancasila Agung. Belum sepenuhnya selesai. Tapi saya diminta memasukinya. Lebih 200 lukisan besar Bung Karno sudah disiapkan. Tinggal di pasang.
Semua lukisan itu berdasar foto lama: bukan lukisan imajinatif. Semua buku tentang Pancasila juga akan disimpan dan dipamerkan di sini.
Bung Karno begitu manusiawi di lukisan-lukisan itu: saat menunggu Megawati dilahirkan, saat ban mobilnya kempis, saat sungkem di depan ibunya. Banyak lagi.
"Selama pandemi saya mempekerjakan 27 orang tukang. Belum termasuk pematung dan pelukis," katanya.
Itulah saat-saat Bung Karno paling menderita batin: status resminya masih presiden tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Bung Karno lagi menjalani karantina politik.
- EIGER Dukung Penuh IFSC World Cup di Bali, Bukti Komitmen Kembangkan Panjat Tebing di RI
- Aamiiin KAI
- Miroslaw Aleksandra Raih Medali Emas Piala Dunia Panjat Tebing 2025 di Bali
- Eks KSAL Ini Anggap Gibran bin Jokowi Tak Memenuhi Kriteria Jadi Wapres RI
- Gerak Cepat, Telkomsel Pulihkan Layanan Jaringan Internet saat Listrik Mati di Bali
- BSKDN Kemendagri & Taspen Life Teken Komitmen Perlindungan Sosial bagi ASN