Gusdurian dan Tanggung Jawab Meraih Puncak Kekuasaan

Oleh KH Imam Jazuli Lc MA*

Gusdurian dan Tanggung Jawab Meraih Puncak Kekuasaan
Ilustrasi. Foto: Twitter @@GUSDURians

Biarkanlah partai politik Islam lain tidak sadar tentang arti penting persatuan, soliditas, keakuran, tetapi Gusdurian harus lebih dahulu memberikan contoh. Jadi, jika Gusdurian menyatakan sepenuhnya mendukung PKB, itu akan berguna sekali bagi PKB, sekaligus akan berguna bagi partai politik Islam lain, agar mereka juga membangun soliditas di internal.

Saat soliditas di internal partai politik Islam masing-masing tercapai, barulah berbicara soliditas antarpartai Islam. Jika kembali tercapai, maka terakhir, kita bicarakan soliditas antara partai Islam dan partai nasionalis, demi kepentingan bangsa dan negara di masa depan.

Saya kira tepat sekali pendapat Buya Syafii Maarif yang mengomentari keresahan hati Presiden Jokowi, bahwa bangsa ini dihormati negara asing dengan sangat mentereng, tetapi sangat rapuh, kotor, dan jijik di dapur sendiri.

Penulis merasakan hal yang sama. Untuk itulah, sependek pengetahuan penulis, langkah kecil yang bisa dilakukan untuk mengubah masa depan adalah dimulai dari diri sendiri masing-masing.

Yang paling nyata dan dekat dengan kehidupan penulis ialah tentang hubungan PKB dan Gusdurian. Mengapa Gusdurian?

Sepengamatan penulis, komunitas yang satu ini diisi generasi muda milenial dari banyak lapisan sosial, mulai mahasiswa, doktor profesor, kiai, hingga politisi ulung. Jika mereka bersatu padu dengan PKB, bukan hanya partai Islam yang akan bermanfaat, melainkan juga umat Islam, bangsa, dan negara ini.

Dukungan tegas dari seluruh Gusdurian kepada PKB pasti akan menginspirasi basis massa partai politik Islam yang lain, agar mereka juga segera membangun kembali soliditas. Sebaliknya, jika Gusdurian mencontohkan keteladanan yang buruk, yang dengan berbagai alasan tak terbantahkan menolak bergabung dengan PKB, orang lain juga bisa melakukan hal yang sama.

Jika sampai terjadi, bukan hanya PKB yang terpisah dari Gusdurian, melainkan percekcokan dan konflik politik seakan sebuah tradisi yang lazim dan lumrah. Padahal, keburukan apa pun, sekalipun terus-menerus terjadi dan berulang, tetaplah keburukan. Perpecahan adalah keburukan tersebut.

Dengan memberikan contoh yang baik dan keteladanan yang luhur, Gusdurian pasti menginspirasi entitas lain di luar sana.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News