Haji Metaverse

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Haji Metaverse
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Seorang santri beling bertanya kepada kiai, ‘’Pak Kiai, apa saya berdosa dan masuk neraka kalau menonton film porno, tetapi saya memakai kacamata hitam’’.

Pak Kiai tahu, santrinya ini cerdas, tetapi beling. Dia menjawab, ‘’Nanti di akhirat kamu tidak masuk neraka, tetapi kamu dimasukkan ke dalam drum lalu ditutup rapat dan drum dilemparkan ke neraka’’.

Si santri bertanya lagi, ‘’Mengapa saya dimasukkan ke neraka, kan saya tidak menonton film porno langsung, saya hanya menonton melalui kacamata hitam?’’ Pak Kiai menjawab, ‘’Yang dicemplungkan ke neraka kan bukan kamu, tetapi drum.’’

Dialog santri beling dengan kiai ini menjadi ilustrasi bagaimana rumitnya hubungan teknologi dengan agama. Teknologi makin canggih, dan agama dituntut untuk terus-menerus update dan para kiai, ulama, dan ustaz jangan sampai kudet alias kurang update.

Menonton film porno melalui gadget dan penontonnya memakai kacamata hitam adalah tamsil bagaimana dunia realitas sekarang ini sudah berubah menjadi dunia hiperrealitas, atau realitas semu.

Kenyataan fisik sudah berubah menjadi kenyataan virtual karena munculnya berbagai teknologi terbaru seperti 3D.

Realitas yang nyata menjadi realitas yang semu, dan sebaliknya realitas yang semu menjadi realitas yang nyata. Manusia berinteraksi di jagat maya seolah-olah mereka berinteraksi di jagat realitas.

Sebaliknya, realitas nyata yang ada di sekitar kita berubah menjadi realitas semu karena keberadaannya kita abaikan.

Ketika teknologi digital bisa menciptakan Ka’bah Metaverse, akankah di masa depan akan muncul Haji Metaverse?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News