Haji Romli, Elon Musk, dan Kiamat

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Haji Romli, Elon Musk, dan Kiamat
Salah satu orang terkaya di dunia Elon Musk punya cerita sedih. Foto: AFP

Kelaparan akan menjadi ancaman yang serius. Saat ini suhu udara rata-rata di bumi sudah optimal bagi kehidupan jenis tanaman padi-padian, gandum, dan jagung.

Penambahan suhu di atasnya akan memengaruhi pertumbuhan, mengurangi kandungan gizi, dan menurunkan angka panennya. Di sisi lain, jumlah manusia terus meningkat tiap tahunnya.

Permukaan air akan naik dari tahun ke tahun karena pemanasan global. Kota-kota yang berada di tepi pantai akan terancam tenggelam. Sebuah prediksi menyebutkan bahwa Jakarta akan tenggelam dalam sepuluh tahun ke depan.

Kebakaran hutan adalah ancaman serius. Bila pohon mati, baik karena alasan alami, karena api, atau ditebang manusia, maka pohon akan melepaskan karbon ke atmosfer.

Kebakaran hutan merupakan umpan balik iklim yang paling ditakuti, karena ketika seharusnya hutan berfungsi menyerap karbon ketika kebakaran malahan menjadi sumber karbon yang telah diserapnya.

Indonesia yang lahannya mayoritas gambut disebut memiliki risiko lebih besar untuk kebakaran.

Bencana tak lagi alami. Dalam dunia yang empat derajat lebih panas, ekosistem bumi akan dipenuhi banyak sekali bencana alam. Kemampuan adaptasi manusia termasuk yang paling hebat dibanding spesies lain di bumi sehingga kita mulai terbiasa dengan bencana, kita bahkan menyebutnya dengan istilah ‘’new normal’’.

Berbagai bencana yang setiap hari terjadi di Indonesia harus diterima sebagai sebuah new normal.

Haji Romli dan Elon Musk mengingatkan kita bahwa kiamat memang sudah dekat. Manusia sudah tidak punya waktu lagi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News