Hal yang Perlu Anda Tahu soal Polemik Jiwasraya

Hal yang Perlu Anda Tahu soal Polemik Jiwasraya
Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko. Foto dok humas

Ia menambahkan ketika makro ekonomi secara global berubah arah, dan Amerika Serikat akan menaikkan suku bunga maka memasuki 2018 investasi yang sudah ada di dalam buku, nilainya berjatuhan.  Dia menegaskan koreksi pasar modal pun menjadi luar biasa. Kepercayaan masyarakat pun mulai menurun. "Kalau saya lihat data empirisnya memang pencairan itu terus menerus memasuki 2018 bahkan jauh sebelum kami masuk (menjabat)," katanya yang menjadi dirut sejak Januari 2019 itu.

Menurutnya, untuk membayar pencairan polis yang dilakukan masyarakat itu tidak bisa ditutup dengan penjualan aset. Karena aset tidak laku dijual. "Maka yang dilakukan pencairan alat likuid (cair) seperti giro dan deposito, sehingga ketika kami masuk perusahaan sebenarnya sudah tidak punya uang," jelasnya. 

Jadi, Hexana menjelaskan kondisi yang terjadi adalah turunnya kepercayaan masyarakat yang menyebabkan terjadinya pencairan tetapi tidak diimbangi likuiditas. "Itulah yang menyebabkan akhirnya sampai 15 Oktober 2018 (perusahaan) tidak lagi mampu membayar," ujarnya. 

Menurut dia, sisa likuditas yang ada dipakai untuk going concern, artinya perusahaan harus tetap beroperasi agar inisiatif-inisiatif yang dilakukan pemegang saham itu ada gunanya.  "Sebab, inisiatif-inisiatif tidak mungkin digunakan apabila perusahaan sudah tidak beroperasi. Jadi konsekuensinya adalah penundaan pembayaran," paparnya.

Hasilnya, lanjut Hexana, perusahaan dalam tekanan luar biasa. Solvabilitas atau kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban, dan ekuitas (modal) negatif. Menurutnya, ekuitas PT Asuransi Jiwasraya (Persero) secara historis memang punya persoalan negatif selama bertahun-tahun.

Ia mengatakan pernah ada solusi pada 2012 yaitu lewat reasuransi. Hanya saja, secara ketentuan reasuransi tidak mengurangi liabilitas. Menurutnya, akhir Desember 2012, regulator menghentikan perhitungan reasuransi sebagai pengurang liabilitas. "Maka perusahaan menjadi negatif ekuitas," tegasnya.

Dia menambahkan pada 2013 diatasi dengan revaluasi (penyesuaian nilai aset, red) aktiva tetap dan properti. Dengan revaluasi, nilai buku yang tadinya rendah menghasilkan nilai buku yang tinggi, tetapi tidak ada cash and flow. Hanya di dalam buku saja ekuitasnya menjadi positif. Sejak tahun itulah  kebutuhan likuiditas terasa.  

"Maka terbitlah saving plan tadi untuk membentuk likuiditas. Sayang janji terlalu muluk tidak bisa diimbangi investasi bahkan kualitas investasi dikorbankan," ungkap Hexana. 

Komisi VI DPR meminta aparat penegak hukum mencegah direksi perusahaan Jiwasraya periode 2013-2018.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News