Halangan Dupersemar untuk Tan Hock Eng

Halangan Dupersemar untuk Tan Hock Eng
Dahlan Iskan.

Enam tahun kemudian, tahun 2005, Agilent dibeli oleh KKR. Diubah namanya menjadi Avago. Tidak lama kemudian Avago merekrut Tan Hock Eng jadi CEO.

Di mata Avago, Tan Hock Eng sangat istimewa. Avago tidak keberatan Tan tetap merangkap di jabatan sebelumnya. Yang begitu banyak. Yang begitu tinggi. Misal: CEO Integrated Circuit System, Vice Presiden Finance Comodore International, Senior Adviser Pepsi dan General Motor serta penasehat pemerintah Singapura dan Malaysia.

Sejak itulah Avago melakukan berbagai aksi korporasi. Gila-gilaan. Semua sukses. Harga sahamnya melejit-jit-jit.

Terakhir Avago membeli Broadcom. Membeli LSI Logistic. Dan menjadikan Broadcom sebagai holding. Menjadi terbesar nomor tiga dunia.

Tapi Tan Hock Eng mendapat sandungan di langkah terakhir: Dupersemar itu.

Padahal tidak kurang-kurangnya ia mendekati Trump. Dengan rencana-rencananya tadi.

Tan Hock Eng juga masih punya tanggungan lain: dua dari tiga anaknya autis. Satu laki-laki, satu perempuan.

Ia mendonasikan USD 10 juta ke Cornell University. Untuk program autisnya. Juga USD 20 juta ke MIT. Untuk program reparasi otak manusia.

Tan Hock Eng anak orang miskin. Ia cerdas luar biasa. Setamat SMA di Penang ia mendapat beasiswa: kuliah di MIT. Saat umurnya 18 tahun. Dari MIT sekolah lagi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News