Hamidah dari Sekolah ke Rumah Jalan Kaki 3 Jam, Tetap Semangat
Jumlah itu mesti dibagi berdua dengan sang adik, Ibrahim yang juga tinggal di asrama dan bersekolah di MI Darul Furqan.
Meski menerima uang saku yang terbilang sedikit, Hamidah mengaku tak pernah protes kepada orangtuanya.
Sang ayah, Rahman Tahir kini sudah tak lagi bekerja. Beberapa bulan lalu, ditemukan ada benjolan di dagu pria 40 tahun itu. Sehingga tak dapat lagi bekerja.”Dulu kerja di kebun cokelat,” kata Midah.
Keadaan itu otomatis membuat uang saku Hamidah dan kebutuhan sehari-hari keluarga dicukupi oleh sang kakak yang bekerja di Malaysia.
Meski dengan kondisi yang terhimpit, Singare bermimpi untuk terus menyekolahkan anaknya sampai jenjang yang lebih tinggi.
“Tentu saya ingin melihat Hamidah bisa bersekolah sampai perguruan tinggi, saya akan usahakan,” kata dia. (riz/k18)
Hamidah punya semangat tinggi untuk menuntut ilmu. Tinggal di perbatasan dengan fasilitas serba terbatas, tak menyurutkan langkahnya.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- BIMP-EAGA Bersinergi Memajukan Ekonomi di Kawasan Perbatasan
- Menteri Yasonna Ingatkan Pentingnya Kemitraan untuk Atasi Masalah di Perbatasan
- Jubir TPN: Ganjar Bakal Angkat Isu Alutsista hingga Perbatasan di Debat Capres
- Mendagri Tito Tegaskan Presiden Jokowi Sangat Perhatian terhadap Masalah Perbatasan
- Datangi Eks Warga PNG di Perbatasan, UT Berikan Edukasi Tentang Kebangsaan
- Kunjungi Perbatasan, BNPP dan Kemenko Polhukam Evaluasi Pembangunan PLBN Jagoi Babang