Hamidah dari Sekolah ke Rumah Jalan Kaki 3 Jam, Tetap Semangat
Melihat anaknya yang kelelahan dan kapayahan, ibunya hanya bisa meminta bersabar dan menemani sang anak beristirahat di bawah pohon.
Meski tinggal di perbatasan dengan kondisi yang serba terbatas, Hamidah tetap punya semangat tinggi untuk menuntaskan pendidikan.
Bahkan, dia bercita-cita menjadi polisi suatu saat nanti. “Saya ingin bisa menjadi polisi wanita, untuk menjaga keamanan,” katanya bersemangat.
Anak ke tiga dari lima bersaudara ini menuturkan, beberapa kali sempat menerima olokan dari kawan-kawannya di kelas.
Sedih, namun Hamidah sudah mulai tidak ambil pusing. Dia lebih memilih diam, dan tak meladeni gurauan kawan-kawannya.
Sang bunda bukannya tak tahu. Menurut penuturannya, Hamidah beberapa kali sempat tepergok menangis lantaran tak tahan dengan olok-olokan itu. “Ya, saya hanya bisa menghibur dia, saya juga tidak tega kalau Hamidah di olok,” kata dia.
Namun, kondisi Hamidah saat ini, disebut leih baik dari beberapa tahun sebelum sekolah di Sekolah Tapal Batas. Di rumah, Hamidah justru lebih banyak diam dan murung karena tak punya teman.
“Kalau di sekolah kan banyak teman, ada yang di ajak bicara dan bermain,” katanya. Setiap bulan, Hamidah mengaku diberi uang saku Rp 30 ribu.
Hamidah punya semangat tinggi untuk menuntut ilmu. Tinggal di perbatasan dengan fasilitas serba terbatas, tak menyurutkan langkahnya.
- BIMP-EAGA Bersinergi Memajukan Ekonomi di Kawasan Perbatasan
- Menteri Yasonna Ingatkan Pentingnya Kemitraan untuk Atasi Masalah di Perbatasan
- Jubir TPN: Ganjar Bakal Angkat Isu Alutsista hingga Perbatasan di Debat Capres
- Mendagri Tito Tegaskan Presiden Jokowi Sangat Perhatian terhadap Masalah Perbatasan
- Datangi Eks Warga PNG di Perbatasan, UT Berikan Edukasi Tentang Kebangsaan
- Kunjungi Perbatasan, BNPP dan Kemenko Polhukam Evaluasi Pembangunan PLBN Jagoi Babang