Hamidah dari Sekolah ke Rumah Jalan Kaki 3 Jam, Tetap Semangat
Hal itu juga diperkuat keterangan sang ibu yang mengaku kerap melihat Hamidah murung dan melamun.
“Kadang juga sering tertawa sendiri, itu yang membuat saya ikut sedih,” tuturnya. Hamidah kini tinggal di asrama. Sebulan sekali, sang ibu menjemput sang buah hati.
Jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh. Butuh waktu 2-3 jam. Namun jarak itu tak menyurutkan niatnya bertemu sang buah hati.
Meski harus berjalan kaki untuk menjemput sang anak. Artinya, untuk berangkat dan pulang, dia perlu waktu 4 jam, bahkan lebih.
Dia terpaksa berjalan kaki. Karena memang tidak ada kendaraan yang bisa digunakan. Mau tidak mau, Hamidah juga mesti menempuh perjalanan selama 3 jam menuju rumah dan sebaliknya. Sebulan sekali.
Jalanan yang ditempuh Hamidah bukan jalanan mulus dan datar, namun jalanan yang berkelok menanjak dan menurun. Dengan kondisi Hamidah seperti itu, perjalanannya lebih lama.
Dulu, Hamidah mengaku sempat seminggu sekali pulang ke rumah. Namun karena jaraknya yang cukup jauh, saat ini Midah hanya sebulan sekali pulang ke rumah.
“Sabtu sore pulang dijemput ibu, minggu sore kembali ke asrama,” kata dia. Tak jarang, Hamidah mengeluh sakit dan lelah.
Hamidah punya semangat tinggi untuk menuntut ilmu. Tinggal di perbatasan dengan fasilitas serba terbatas, tak menyurutkan langkahnya.
- BIMP-EAGA Bersinergi Memajukan Ekonomi di Kawasan Perbatasan
- Menteri Yasonna Ingatkan Pentingnya Kemitraan untuk Atasi Masalah di Perbatasan
- Jubir TPN: Ganjar Bakal Angkat Isu Alutsista hingga Perbatasan di Debat Capres
- Mendagri Tito Tegaskan Presiden Jokowi Sangat Perhatian terhadap Masalah Perbatasan
- Datangi Eks Warga PNG di Perbatasan, UT Berikan Edukasi Tentang Kebangsaan
- Kunjungi Perbatasan, BNPP dan Kemenko Polhukam Evaluasi Pembangunan PLBN Jagoi Babang