Hanoman MC

Oleh: Dahlan Iskan

Hanoman MC
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - INI kata komentator Disway tiga hari lalu: hidup itu simple, yang ruwet itu keinginan.

Komentator lain menuliskan hal senada dengan rumusan kalimat yang beraneka.

Saya langsung memilihnya sebagai salah satu komentar pilihan. Saya setuju dengan isinya. Saya pun sudah melihat contohnya: bulan lalu.

Baca Juga:

Hari itu, saya menghadiri satu resepsi perkawinan. Lokasinya masih di Surabaya tapi perlu waktu hampir 1,5 jam untuk mencapainya. Di pojok kampung Sememi. Masih lebih jauh dari Perumnas lama Manukan: masuk ke gang-gang yang bercabang-cabang.

Resepsi perkawinan itu dilangsungkan di gang sempit di depan rumahnyi –tiga bulan lalu masih disebut rumahnya. Gang itu disulap dengan tenda dan kursi-kursi plastik. Saya hampir tidak mengenal lagi gang itu.

Saya pernah sekali ke situ: ketika sang suami sakit keras. Ia baru berumur 50-an tahun. Pekerjaan seumur hidupnya loper koran.

Baca Juga:

Ia sudah terbaring lemas di ruang depan. Saya sudah lama tidak bertemu –sudah lama tidak lagi di koran itu.

Begitu kritis kondisi bapak itu. Putri sulungnya –yang sudah dilamar perjaka idamannyi– cepat-cepat dinikahkan. Di sebelah pembaringan sang ayah. Hari itu juga ia pun meninggal dunia.

Begitu simple resepsi perkawinan ini. Tetap terasa meriah. Mengalir lancar. Seluruh acara cukup dikendalikan dua orang: Hanoman untuk di pelaminan dan MC untuk selebihnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News