Hanoman MC

Oleh: Dahlan Iskan

Hanoman MC
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Sang istri juga pekerja keras: jadi penunggu kios di Pasar Atom. Pasangan itu punya tiga anak.

Baca Juga:

Yang sulung itu saat dinikahkan hampir tamat D3 bidang kesehatan. Adiknyi  kuliah di informatika.

Waktu sakit keras itu sang ayah lagi punya proyek:  memperbaiki total rumahnya. Jadi rumah bata. Dengan lantai keramik. Dan plafonnya gipsum. Baru bagian depan yang setengah selesai.

Beberapa waktu kemudian anak sulung itu kirim WA ke saya: ibunyi sakit keras - -terkena Covid-19. Tidak bisa berobat di Puskesmas. Tidak ada tempat juga di rumah sakit. Covid lagi ganas-ganasnya. Nafasnyi sesak. Tersengal.

"Posisi ibu di mana?" tanya saya.

"Di kamar belakang," jawabnyi.

Saya tahu kondisi kamar itu –kamar tidur sang ibu. Saya pun minta agar sang ibu dipindah ke kamar depan: ke ruang tamu –yang bisa diubah jadi tempat tidur. Biar ada udara yang masuk.

Sang anak nangis-nangis melihat keadaan sang ibu. Memburuk. Saya tidak bisa ke sana: Covid-19.

Begitu simple resepsi perkawinan ini. Tetap terasa meriah. Mengalir lancar. Seluruh acara cukup dikendalikan dua orang: Hanoman untuk di pelaminan dan MC untuk selebihnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News