Harga Pagar Baja

Harga Pagar Baja
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Kapal-kapal pesiar yang mewah itu terlihat lagi antre di pinggir laut. Untuk dihancurkan. Dijadikan besi tua.

Orang seperti saya bisa menitikkan air liur. Atau air mata. Kapal yang begitu mahal dan indah harus dihancurkan.

Namun, itulah bisnis. Perhitungan untung-rugi lebih dipentingkan.

Memang sayang sekali, tetapi pengusaha tidak boleh terlalu terbawa perasaan romantisme. Atau emosional.

Para pemilik kapal itu harus lebih tergiur oleh hitungan bisnis daripada emosi.

Pertama, kapal itu bisa saja tetap dioperasikan. Yakni mengangkut turis kelas atas ke mana saja.

Namun, turis lagi lenyap dari muka bumi. Ditelan Covid. Kapal menganggur berbulan-bulan. Bahkan sudah lebih satu tahun.

Bunga pinjaman jalan terus. Biaya perawatan, sandar, dan awak kapal tidak bisa dihentikan. Sedang pendapatannya nol besar. Rugi besar. Terus-menerus.

Pabrik baja sulit. Pedagang baja sulit. Kontraktor sulit. Satu-satunya yang untung adalah mereka yang selama ini menimbun besi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News