Hari Pahlawan, PDIP Ajak Akademisi Lintas Negara Berziarah di Makam Bung Karno

Hari Pahlawan, PDIP Ajak Akademisi Lintas Negara Berziarah di Makam Bung Karno
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bersama 33 akademisi dari berbagai negara melakukan ziarah kubur di makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur, Kamis (10/11) bertepatan di Hari Pahlawan. Foto: Fathan

“Di sini Bung Karno dikuburkan, proklamator kemerdekaan Republik Indonesia dan Presiden Pertama Republik Indonesia, sang penyambung lidah rakyat,” kata Hasto.

Doktor Ilmu Pertahanan itu juga mengutip pesan Bung Karno sebelum meninggal bahwa hidupnya, idenya, gagasannya, dan aspirasinya tidak bisa dibunuh dengan cara apa pun.

“Apa yang disampaikan Bung Karno itu terbukti. Selama Orde Baru 32 tahun di bawah kepemimpinan Soeharto yang otoriter berusaha memutarbalikkan dan menutupi sejarah, dengan tujuan menjauhkan rakyat dari Bung Karno, upaya tersebut sia-sia,” kata dia.

Hasto juga menyampaikan makam ini pada era Orde Baru ditutup dengan kaca dinding agar orang tidak bisa mendekat. Namun, dia menyampaikan kebenaran dan kebajikan selalu menemukan jalan ke luar.

“Kebenaran selalu mampu mendobrak tembok tebal tirani. Karena itu, kekuatan politik akhirnya terbukti. Bung Karno selalu hidup dan menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia. Inspirasi bagi kaum tertindas yang haus akan keadilan. Inspirasi bagi rakyat kecil yang mendambakan hidup sejahtera,” jelas dia.

Hasto menerangkan Bung Karno memiliki semangat penggerak perjuangan. Bung Karno bahkan membangunkan tekad bangsa Indonesia untuk berjuang mewujudkan tatanan dunia yang bebas dari segala bentuk penjajahan.

Menurut Hasto, mengunjungi makam ini, terdapat pelajarant entang keyakinan akan cita-cita bahwa politik adalah perjuangan tanpa akhir, perjuangan untuk rakyat, untuk bangsa, dan untuk negara, serta untuk umat manusia di dunia.

“Atas dasar keyakinan yang sama, putri sulung Bung Karno, Megawati Soekarnoputri, menempuh jalan terjal, menerobos berbagai rintangan, bahkan proyek politik otoriter yang beberapa kali mencoba membunuh karir politiknya. Konsekuensinya tidak mudah. Kantor Partai Demokrasi Indonesia yang dipimpin Megawati Soekarnoputri diserang secara brutal pada 27 Juli 1996, yang mengakibatkan banyak korban jiwa,” jelas dia.

Hasto Kristiyanto mengutip pesan Bung Karno sebelum meninggal bahwa hidupnya, idenya, gagasannya, dan aspirasinya tidak bisa dibunuh dengan cara apa pun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News