Hati-Hati, Jangan Sepelekan Peradangan Mata

Hati-Hati, Jangan Sepelekan Peradangan Mata
Pemeriksaan radang mata. Foto: Jawa Pos/JPG

SURABAYA – Jangan anggap remeh jika mengalami sakit mata. Harus segera ke dokter, seperti yang dilakukan Jihan Putri Permata. Gadis 15 tahun itu ingat betul semua momen pada 24 April 2016. Waktu itu pukul 15.00. Dia baru bangun dari tidur siang. Saat membuka mata, Jihan kaget bukan kepalang. Sebab, pandangannya mendadak kabur. Lima menit kemudian, semua yang ada di depannya menjadi gelap gulita.

"Awalnya enggak percaya, ini beneran atau enggak. Cuma bisa nangis," ucapnya ketika menjalani pemeriksaan mata di RS Siloam Surabaya kemarin (29/7).

Saat kejadian, Jihan yang memiliki riwayat asma juga langsung sesak napas. Berkali-kali dia mencoba buka-tutup mata. Tapi, dunianya berubah gelap. Siswi SMP Al Muslim Sidoarjo itu sempat berjalan ke arah sang mama. Ibundanya, Deasy Permatasari, langsung membawa Jihan ke RS Mata Undaan.

Dokter menyarankan dilakukan tindakan magnetic resonance imaging (MRI). Mereka khawatir ada tumor. Pada hari kelima sejak Jihan kehilangan penglihatan, mulai ketahuan bahwa dua matanya terserang radang.

Jihan lantas dirujuk ke Rumah Sakit Mata Masyarakat (RSMM) Jawa Timur. Namun, dokter RSMM langsung merujuk ke RS Siloam.

"Berhari-hari itu drop. Tapi, keluarga kasih semangat. Saya percaya bakal sembuh," kata Jihan.

Berdasar diagnosis dokter, saraf mata Jihan mengalami peradangan. Nama kasusnya optic neuritis. Kasus tersebut jarang terjadi. Jika tidak ditangani dengan tepat, bisa terjadi kebutaan permanen. Karena itu, penting membawa pasien kepada dokter secepatnya.

Untuk kasus Jihan, gejalanya dirasakan sepekan sebelum dia kehilangan penglihatan. Ketika itu, Jihan merasa tubuhnya lemas. Matanya seperti mengantuk terus. Selama dua hari, setiap bangun tidur pandangannya buram.

Pandangannya baru kembali normal setelah mencuci muka. Namun, sepekan setelah gejala tersebut muncul, kebutaan mendadak menyerang.

Sejak sakit, Jihan mengonsumsi obat setiap hari. Mulai yang oral sampai disuntikkan langsung ke mata. Rasanya sakit, tapi terus dijalani. Jihan juga jarang tidur.

Deasy selalu mengajaknya salat malam sambil mengaji. Mereka memohon kesembuhan. Total, dibutuhkan waktu dua bulan sampai Jihan bisa melihat lagi. Pada 8 Juni lalu, mata Jihan dapat melihat lagi. Itu terjadi sekitar pukul 01.00.

"Waktu itu belum tidur. Habis ngaji tiba-tiba bisa melihat. Awalnya masih 1-2 meter, lama-lama normal," ucapnya.

Namun, yang berfungsi normal baru mata kanan. Mata kirinya hanya bisa melihat dengan jarak pandang terbatas. "Enggak ada warnanya. Ukurannya belum sesuai, masih kecil kayak lidi," katanya.

Sejak matanya sakit, Jihan tidak masuk sekolah. Hingga kini, hampir tiga bulan, dia tidak masuk sekolah. Setiap hari temannya bergantian menjenguk.

Bahkan, siswa kelas lain yang tidak mengenalnya pun datang ke rumahnya di kawasan Pondok Candra. Sehari bisa sampai 50 orang.

"Bersyukur sekarang bisa melihat lagi. Sekarang saya jadi tahu betapa pentingnya mata," katanya.

Selama anaknya sakit, Deasy membantu melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya, mandi dan ganti baju. "Saya mesti kuat, saya enggak mau nangis di depan dia," terang Deasy.

SURABAYA – Jangan anggap remeh jika mengalami sakit mata. Harus segera ke dokter, seperti yang dilakukan Jihan Putri Permata. Gadis 15 tahun

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News