Hikmah di Balik Kewajiban Berpuasa

Oleh DR KH Ahmad Izzuddin, M Ag

Hikmah di Balik Kewajiban Berpuasa
Hikmah di Balik Kewajiban Berpuasa. Foto Radar Semarang/JPNN.com

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agama kamu, dan telah Kucukupkan kepada kamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam menjadi agama bagi kamu” (QS. Al-Maidah [5]: 3).

Di sisi lain, kita mengetahui bahwa bulan setelah Ramadan adalh Syawwal, di mana kita merayakan Idul Fitri, yakni hari kembali ke asal kejadian, hari kita lahir di mana ketika itu kita tidak membawa satu dosa pun.

Nabi SAW bersabda: “Siapa yang berpuasa dengan iman dan tulus, dia terbatas dari dosa bagaikan seorang yang baru saja dilahirkan”. Setelah berpuasa sebulan lamanya kita ber-Idul Fitri, yakni kita lahir kembali.

Anda ketahui bahwa pada umumnya manusia dikandung selama sembilan bulan dan lahir pada bulan kesepuluh.

Bulan Ramadan merupakan bulan kesembilan dari rentetan bulan-bulan Qamariyah, sedang bulan Syawwal adalah bulan kesepuluh.

Agaknya bulan Ramadan itu yang dipilih agar setelah berlalu bulan kesembilan itu -dengan berpuasa— kita benar-benar dapat lahir kembali terbebaskan dari semua dosa seperti halnya anak yang baru lahir.

Perlu ditambahkan bahwa perhitungan yang mendasari datangnya bulan Ramadan atau Syawwal didasarkan pada peredaran bulan, bukan matahari.

Jika puasa didasarkan pada peredaran matahari maka iklim dan suhu udara akan sama atau paling tidak serupa sepanjang masa.

Pertanyaan:

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News