HNW Tak Sepakat Mustafa Kemal Ataturk jadi Nama Jalan di Jakarta

"Aspirasi dari banyak kelompok masyarakat yang menolak ini tentunya juga sudah dibaca oleh pihak Turki,” ungkapnya.
HNW menjelaskan, pemberian nama itu dilakukan lantaran saling menghormati, tetapi tidak harus beraroma resiprokal, timbal balik.
Maroko misalnya, sudah memberikan nama Soekarno untuk jalan di Rabath, karena penghormatan mereka atas jasa Soekarno terhadap bangsa-bangsa di Asia Afrika, dan Gerakan Non Blok.
Namun, mereka tidak meminta nama Raja-nya dijadikan sebagai nama jalan di Jakarta.
Selain itu, meski sama-sama bergelar Bapak Bangsa, tetapi ada perbedaan yang mendalam antara Soekarno dan Ataturk.
“Bung Karno tidak memotong akar sejarah Bangsa Indonesia, dengan memaksakan ideologi impor. Bung Karno tidak mensekulerkan Indonesia," kata dia lagi.
Lebih lanjut, HNW menjelaskan Soekarno menghadirkan Pancasila sebagai ideologi negara yang digali dari budaya dan sejarah Indonesia. Sebab, dalam Pancasila ada Ketuhanan YME.
Menurut dia, Bung Karno juga tidak anti Islam/Arab, apalagi melarang bacaan salat dan adzan pakai bahasa Arab dan mengubahnya pakai bahasa Indonesia.
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menolak wacana Mustafa Kemal Ataturk menjadi nama jalan di Jakarta.
- Realisasi Investasi Jakarta Triwulan I-2025 Capai Rp 69,8 Triliun, Tertinggi di Indonesia
- Ibas Tegaskan Indonesia dan Malaysia Tak Hanya Tetangga, Tetapi..
- Waka MPR Sebut Kehadiran Prabowo Saat May Day Wujud Komitmen Keberpihakan Kepada Buruh
- Lestari Moerdijat: Jadikan Momentum Hari Buruh untuk Mempercepat Lahirnya UU PPRT
- Atasi Darurat Sampah, Waka MPR Lestari Moerdijat Sebut Sejumlah Hal yang Harus Dilakukan
- Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno Siap Fasilitasi Pemda Atasi Masalah Sampah