HNW Ungkap Banyak Keanehan RUU Cipta Kerja, Ada Kata Dipaksa

HNW Ungkap Banyak Keanehan RUU Cipta Kerja, Ada Kata Dipaksa
Petugas membersihkan tulisan vandalisme usai aksi demo menolak RUU Cipta Kerja di depan Gedung DPR, Juli lalu. Foto: Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VIII DPR M Hidayat Nur Wahid menilai ada hal yang tidak lazim dalam aspek formalitas pembentukan undang-undang dalam persetujuan RUU Cipta Kerja oleh pemerintah dan mayoritas fraksi di Baleg maupun Rapat Paripurna (Rapur) DPR.

Wakil Ketua MPR dari Fraksi PKS yang karib disapa HNW itu menyoroti, saat pengambilan keputusan tingkat I di Baleg dan tingkat II di rapur, draf utuh dan final RUU belum dibagikan ke semua fraksi.

Namun, kata dia, anehnya semua fraksi di DPR sudah diminta untuk menyampaikan pendapatnya.

Meskipun saat pengambilan keputusan di Baleg, FPKS dan Fraksi Demokrat (FPD) menolak untuk meneruskan ke rapur, tetap saja RUU itu diteruskan untuk dibawa ke  forum pengambilan keputusan tingkat II.

Namun, kata dia, lagi-lagi tidak ada draf akhir Omnibus Law RUU Cipta Kerja yang dibagikan sebelumnya kepada setiap fraksi maupun anggota DPR.

“Pembahasan RUU ini sangat terburu-buru, dan bagaimana mungkin fraksi dipaksa untuk menyampaikan pendapat mininya, dan bahkan pendapat akhir di rapat paripurna, tetapi draf secara utuh RUU Ciptaker itu tidak dibagikan terlebih dahulu," kata HNW dalam siaran persnya, Rabu (7/10).

Menurut HNW, karena begitu terburu-burunya jadwal pengesahan RUU dalam Rapur DPR pun mendadak dimajukan dari tanggal 8 menjadi 5 Oktober.

"Ini menimbulkan tanda tanya besar. Ada apa di balik ini semuanya?” lanjut HNW.

HNW mendorong Jokowi menerbitkan perppu membatalkan UU Cipta Kerja. Dia juga mendukung masyarakat mengajukan judicial reciew ke MK.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News