Hoki Irwan

Oleh Dahlan Iskan

Hoki Irwan
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Karena tidak bisa mendapat air susu, bayi Irwan diberi makan tajin –kuah dari nasi yang sengaja diberi air lebih banyak.

Kondisi ekonomi memang lagi sulit. Belanda dan Inggris melakukan agresi pertama sampai ke Jogja. Perang tidak berkesudahan. Ekonomi masyarakat menjadi sangat berat.

Saat perang itu sang nenek membuka usaha jualan bahan-bahan untuk jamu. Di Jogja.

Ketika sang nenek harus mengungsi ke Semarang –untuk menghindar jadi korban perang– Irwan diajak mengungsi.

Di Semarang itulah sang nenek mulai membuat produksi jamu. Dari pengalaman sang nenek jualan bahan baku jamu di Jogja.

Itulah riwayat lahirnya jamu Sido Muncul. Tahun 1951. Di saat ketika banyak jamu lain sudah lebih dulu terkenal: ada jamu Jago, Nyonya Meneer, Nyonya Item, Nyonya Go, dan seterusnya.

Saat remaja pun Irwan bertubuh kerempeng. Bahkan ketika di umur yang seharusnya punya berat badan 63 kg, Irwan hanya 46 kg.

Saya pun baru tahu: Irwan itu ternyata keturunan orang kaya raya. Kakek buyutnya adalah adik kandung Oei Tiong Ham –orang terkaya se-Asia di zaman itu.

Bos Sido Muncul ngotot bahwa keberhasilannya selama ini benar-benar semata karena hoki. Tidak ada yang lain. Juga bukan karena kerja keras.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News