Homestay Desa Wisata buat Kawasan Perbatasan

Homestay Desa Wisata buat Kawasan Perbatasan
Menteri Pariwisata Arief Yahya. Foto: dokumen JPNN.Com

Efeknya tidak hanya sampai di situ. Kehadiran homestay-homestay nantinya juga bisa ‘dikawinkan’ dengan desa wisata. Program Desa Wisata, kata Arief, juga terkoneksi dengan rencana membangun 100.000 homestay yang bakal dimulai 2017 nanti.

Desain arsitektur rumah nusantara di homestay juga semakin relevan untuk segera diimplementasi. “Saat Desa Wisata itu sudah siap jual, akan langsung dipromosikan, lalu selling platform-nya juga dimasukkan dalam Digital Market Place. Fungsinya bisa ganda. Bisa sebagai amenitas dengan homestay, akomodasi di rumah penduduk yang sudah sadar wisata. Juga bisa sebagai atraksi, karena berada dalam atmosfer kehidupan masyarakat desa yang hommy, kaya dengan sentuhan budaya, dan nuansa kekeluargaan yang belum tentu bisa ditemukan di negara lain,” katanya.

Di Desa Wisata, masyarakat juga bisa tetap melakukan aktivitas menanam padi, palawija, hortikultura bahkan mengurus ternak. Service dan prosesnya menjadi bagian atraksi wisata. “Suasana desa wisata yang ramah, gotong royong, penuh dengan rasa kekeluargaan, kaya budaya itu yang dijual sebagai atraksi di destinasi desa wisata,” katanya.

Poin lain yang tak kalah dahsyatnya adalah cross border tourism. Membangun pariwisata dari wilayah perbatasan. Potensinya sangat besar. Selain menguntungkan bagi negara, masyarakat sekitar juga ikut mendapatkan benefit.

Kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat menjadi lebih hidup. Benchmarking-nya pun banyak. Negara-negara Eropa yang teritorinya bisa ditempuh dengan jalan darat, pariwisatanya pasti lebih sukses dan jumlah wisman yang hadir lebih banyak.

“Turis ke Paris bisa menembus 60 juta, Madrid 50 juta, London 40 juta dalam setahun. Singapura 15 juta, Malaysia 25 juta, dan Thailand 30 juta, saya yakin sumbangan terbesar juga dari borderland tourism, jalur darat tidak tergantung pada flight lagi," kata Arief.

Potensi wilayah perbatasan itu juga ikut dikomentari Mendes PDTT  Eko Putro Sanjojo. Menurutnya, pembangunan daerah perbatasan tidak cukup hanya dengan pendekatan keamanan dan kesejahteraan. Pendekatan ekonomi juga perlu diperkuat dengan mendorong tumbuhnya investasi di daerah perbatasan. 

“Investasi di perbatasan tentu harus sesuai dengan potensi dan peluang yang dimiliki. Utamanya, investasi yang masuk harus memerhatikan kelestarian lingkungan dan kearifan lokal. Perlu dibuat regulasi khusus yang dapat menarik dan memberikan kemudahan bagi para pelaku usaha di daerah perbatasan,” ujarnya.

JAKARTA –  Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya melontarkan ide penting pada Forum Bisnis dan Investasi di Daerah Perbatasan di Jakarta,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News