Iboh jadi Jutawan dari Timbunan Sampah Bantargebang

Iboh jadi Jutawan dari Timbunan Sampah Bantargebang
Seorang pemulung memungut dan memilah sampah di TPST Bantargebang, Kota Bekasi. Sampah-sampah tersebut dipilah kembali oleh pemulung karena masih bernilai ekonomis. Foto: ANTARA/Muhammad Zulfikar

Bagi pria 40 tahun itu, sampah plastik yang terselip di antara sampah organik dan residu di perbukitan sampah setinggi 15-20 meter merupakan tambang uang untuk siapa saja yang mau melihat sampah sebagai berkah, bukan masalah.

Iboh bersama 32 anak buahnya yang direkrut dari Banten mengumpulkan setidaknya 200 ton sampah plastik. Mereka bekerja delapan jam sehari untuk mengumpulkan sampah plastik sebanyak itu.

Saat ini belum ada standar harga sampah plastik. Nilai plastik dihitung berdasarkan permintaan pasar atas hasil olahan menjadi biji.

Salah seorang anak buah Iboh rata-rata berpendapatan paling sedikit Rp100 ribu per hari dari hasil mengumpulkan kantong kresek, botol minuman, kemasan makanan instan, hingga perabotan rumah tangga yang sudah rusak.

"Kalau saya ngasih (harga plastik) ke anak buah itu Rp400 per kilogram. Biasanya selama delapan jam kerja, satu bocah (anak buah) terkumpul 250 Kilogram per hari. Ditimbang tiga hari sekali, terus dibayar," katanya.

Jika dikalkulasi, Iboh sanggup memberikan nafkah kepada 32 anak buahnya setiap bulan total Rp96 juta dari sampah plastik.

Kemudian 200 ton sampah yang terkumpul dalam sebulan dijual oleh Iboh kepada Burhan seharga Rp600 per kilogram.

Burhan terkenal sebagai pengepul sampah plastik yang membuka jaringan pemulung ke sejumlah bos pengolahan bijih plastik di Bantargebang.

Iboh merupakan salah satu dari sekian banyak pemulung sampah beromzet sampai ratusan juta rupiah di Bantargebang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News