Ibukota Tak Perlu Hijrah

Ibukota Tak Perlu Hijrah
Ibukota Tak Perlu Hijrah
Mula-mula, kawasan laut seluas 500 atau 1.000 hektare dikapling dengan pancang-pancang dan konstruksi yang kedap air, dan kemudian urukan sungai Jakarta yang dikeruk itu ditumbukkan di tengah-tengahnya.

Jika boleh berimajinasi, Jakarta kemudian dikembangkan menjadi pusat jasa dan wisata, seperti halnya Singapura. BUMD Jakarta, termasuk Bank DKI, kemudian melebarkan sayap ke provinsi lain di Jawa, Sumatera dan Kalimantan, bagaikan Temasek Holding menanam modal di luar negeri. Akibatnya, daerah di luar Jakarta bertumbuh, dan Jakarta pun meraih laba dari investasinya, sehingga arus urbanisasi ke Jakarta tak lagi terjadi.

Mungkin, inilah wajah baru Indonesia, di mana antar daerah dan Jakarta sama-sama bertumbuh dan berkembang saling komplementer. Tak perlulah ibukota harus hijrah segala! (*)

ADA apa denganmu, Jakarta? "Kemacetan lalu lintas," kata seseorang. "Banjir di musim hujan," kata yang lain. "Karena itu


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News