Indeks Ketahanan Pangan Indonesia Meningkat Tajam

Indeks Ketahanan Pangan Indonesia Meningkat Tajam
Menteri Pertanian Amran Sulaeman dalam acara Demontrasi Teknologi Mekanisasi 4.0 di Desa Jabon, Kecamatan Banyakan, Kediri, Jawa Timur, Rabu (9/10). Foto: Humas Kementan

Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementan, Ketut Kariyasa mengatakan pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan produktivitas sektor pangan, seperti pengembangan lahan suboptimal, pemberian bantuan sarana dan prasarana pertanian untuk petani, serta program upaya khusus (Upsus) Padi, Jagung, dan Kedelai.

Menurut Ketut, kerja keras yang dibangun selama ini pun telah berhasil meningkatkan produksi pangan dalam negeri yang berdampak langsung pada menurunnya inflasi secara drastis. Penurunan ini bisa dilihat melalui data 2014, tercatat 10,57 persen. Tahun 2017 angkanya turun fantastis menjadi 1,26 persen dan menjadi inflasi terendah dalam sejarah Indonesia.

“Pada bulan September tahun ini Indonesia bahkan mengalami deflasi bahan makanan sebesar 1,97 persen dan pada bulan Agustus 2019 kelompok pangan mengalami deflasi 0,19 persen. Ini membuktikan bahwa pasokan atau produksi pangan dalam negeri membaik, "katanya.

Selain berhasil meningkatkan ketahanan pangan, Kariyasa memaparkan kebijakan pangan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman juga diikuti dengan peningkatan volume dan nilai ekspor yang cukup drastis selama kurun waktu tahun 2014-2018. Tercatat dari data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2013, ekspor produk pertanian Indonesia masih sekitar 33,5 juta ton. Lalu pada tahun 2014 dan 2016 meningkat menjadi 36,1 juta ton dan 40,4 juta ton. Pada tahun 2017 dan 2018 kembali meningkat menjadi 41,3 juta ton dan 42,5 juta ton.

“Kalau dibandingkan tahun 2013, jumlah ekspor produk pertanian tahun 2018 meningkat lebih dari 9 juta ton atau 26,9%. Dan yang cukup menarik untuk diperhatikan bahwa selama periode 2014-2018, total volume ekspor pertanian mencapai 195,7 juta ton, sehingga ada akumulasi tambahan volume ekspor selama periode tersebut sekitar 28,3 juta ton,” jelasnya.

Nilai ekspor pertanian produk pertanian juga terus meningkat. Pada tahun 2013, nilai ekspor produk pertanian Indonesia sebesar Rp 320,9 Triliun. Sementara pada tahun 2014 dan 2016 meningkat menjadi Rp 368,4 Triliun dan Rp 375,5 Triliun. Nilai ekspor produk pertanian berlanjut meningkat pada tahun 2017 dan 2018 menjadi Rp 442,3 Triliun dan Rp 415,9 Triliun. Selama 2014-2018, total nilai ekspor produk pertanian Indonesia mencapai Rp 1.957,5 Tirliun.

Dengan demikian, Ketut menegaskan akumulasi tambahan nilai ekspor pertanian yang dihasilkan selama 2014-2018 terhadap tahun 2013 mencapai Rp 352,58 Triliun. Akumulasi tambahan ini lebih besar (109,8%) dari nilai ekspor tahun 2013 yang hanya sebesar Rp 320,9 Triliun.

“Beberapa kebijakan dan program terobosan juga dilakukan Kementan dalam memacu ekspor produk pertanian, seperti kebijakan mempermudah proses eskpor, perbaikan sistem layanan karantina, membangun kawasan pertanian berbasis keunggulan komparatif dan budaya, peningkatan efisiensi biaya produksi dan daya saing melalui modernisasi pertanian, serta melakukan diplomasi untuk memperluas jenis komoditas dan tujuan pasar ekspor ke negara-negara baru,” tegasnya.(jpnn)

Kinerja pembangunan sektor pertanian memiliki indikator nyata yang bisa dinilai langsung masyarakat.


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News