Indonesia Ekspor Bibit Jagung Hibrida 20 Ton ke Srilangka

Indonesia Ekspor Bibit Jagung Hibrida 20 Ton ke Srilangka
Kementerian Pertanian dan PT BISI melepas ekspor bibit jagung hibrida seberat 20 ton ke Srilangka, Kamis (16/8). Foto dok humas

jpnn.com, KEDIRI - Indonesia kembali mengekspor bibit jagung hibrida seberat 20 ton ke Srilangka, Kamis (16/8). Menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Sumardjo Gatot Irianto, ekspor ini menandakan negara telah swasembada di komoditas jagung.

“Impor ini bukan hanya kejar kuantum, tapi kami juga menghasilkan devisi,” kata Gatot dalam acara pelepasan ekspor benih jagung hibrida di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, JawaTimur, Kamis (16/8).

Selain itu kata Gatot, Indonesia dapat menghemat devisa. Jika dulu, Indonesia impor dengan membayar pakai mata uang asing, sekarang mendapat uang asing.

“Ini point yang penting. Kalau dulu, kami tukang impor atau beli. Sekarang kami melepas dan menghasilkan. Hal ini demi kedaulatan,” tegasnya.

Menurut dia, yang lebih penting lagi adalah Indonesia membuktikan menjadi negara yang memiliki kemandirian. "Itu sebabnya awal tahun ini kami menutup importasi benih jagung hibrida," tegasnya.

Selain itu, dukungan pemerintah dalam memacu ekspor, khususnya ekspor benih, saat ini sangat besar. Salah satunya adalah pengurusan dokumen dan penerbitan izin ekspor yang mudah dan cepat, sehingga sangat membantu produsen benih yang hendak melakukan ekspor.

Sementara Direktur Utama PT BISI International Jemmy Eka Putra menyampaikan, tahun ini ekspor benih jagung hibrida ditargetkan bisa mencapai 500 ton atau senilai USD 1,5 juta ke Srilanka dan Pakistan. Kemudian tahun depan diharapkan bisa meningkat menjadi seribu ton senilai USD 3 juta.

Manager Pemasaran Wilayah Barat PT BISI International Hari Prabowo mengatakan, produksi benih jagung hibrida pihaknya menguasai pasar dalam negeri kurang lebih 49 persen dari kebutuhan nasional. Sisanya, diperebutkan produsen benih yang lain seperti Pioneer, Syngenta, Asian Hibride dan perusahaan lain.

Indonesia dapat menghemat devisa. Jika dulu, Indonesia impor dengan membayar pakai mata uang asing, sekarang mendapat uang asing.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News