Indonesia Masih Sulit Memenuhi Standar Produk Uni Eropa
Hubungan dengan Amerika dan Uni Eropa ditingkatkan mengingat potensi pasar TPT, khususnya alas kaki, cukup besar di wilayah-wilayah tersebut.
Secara terpisah, ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rina Oktaviani mengungkapkan, Indonesia memang kerap dipersulit untuk memenuhi aturan dan standar produk di suatu negara.
Contoh paling mudah adalah komoditas palm oil yang di beberapa negara ada upaya-upaya kampanye negatif.
”Efek kampanye negatif terhadap produksi palm oil Indonesia tidak terlihat. Namun, harapannya Indonesia dan Uni Eropa tetap memperkuat kerja sama sehingga Indonesia berkesempatan mendapat transfer and adoption technology dari Uni Eropa,” ujar Rina.
Saat ini, Indonesia masih tersendat dalam memenuhi standar produk yang diberlakukan Uni Eropa.
Meski begitu, Rina menekankan bahwa para pebisnis harus tetap memanfaatkan aturan yang ada.
Berdasar studi Indef, kenaikan satu persen impor dari Uni Eropa akan meningkatkan investasi dana asing Uni Eropa sebesar 2,43 persen pada tahun berikutnya.
Begitu pula kenaikan EUR 1 juta investasi langsung dana asing dari Uni Eropa akan meningkatkan impor Indonesia sebesar USD 2,14 juta tahun berikutnya.
Sejumlah kendala masih mengadang upaya membawa produk Indonesia bersaing di kancah global.
- Menko Airlangga Dorong Kerja sama RCEP dengan GCC Diperluas
- Syukuri Hasil Pemilu 2024, Petinggi Partai Golkar Tunaikan Ibadah Umrah
- Menaker Ida Fauziyah: Saya Senang Terima Info Lulusan BBPVP Bekasi Diminati Industri
- RUPST 2024, Sampoerna Sambut Presiden Direktur Baru
- Indonesia Jalin Program Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa
- ICS Compute Tawarkan Solusi AI Efektif & Aman Bagi Developer Lokal