Indonesia sebagai Benteng Terakhir Palestina

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Indonesia sebagai Benteng Terakhir Palestina
Dome of the Rock (Mesjid Kubah Batu) yang terletak di komplek Masjid Al Aqsa, Yerusalam, Palestina. Foto: Reuters/Antara/Ammar Awad/aww/cfo)

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang berada pada posisi terdesak. Puluhan ribu demonstran warga Israel menuntutnya mundur.

Bibi -panggilan kondangnya- dianggap ingin menjadi diktator dengan melestarikan kekuasaannya melalui perubahan sejumlah struktur judikatif.

Dunia internasional juga mengutuk serangan itu. Israel dituduh sebagai negara apartheid yang sama jahatnya dengan kebijakan politik rasial yang pernah diterapkan penguasa Afrika Selatan dan Nazi Jerman.

Paus Fransiskus dalam pesan Paskah menyesalkan penyerangan dan kekerasan tentara Israel di Palestina. Sekretaris Jenderal PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) Antonio Gutteres juga menyesalkan kekerasan oleh Israel.

Di Indonesia, opini terhadap Israel terpecah pascakeputusan FIFA soal tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Ada pihak yang mendukung Israel supaya diperbolehkan datang ke Indonesia.

Alasannya, dunia sekarang sudah berubah. Hubungan informal Indonesia dengan Israel sudah berjalan dengan baik.

Kubu lainnya tetap keukeuh dengan pendapatnya bahwa selama tidak ada kemerdekaan untuk Palestina, tidak akan ada hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel.

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia harus berada di garis paling depan dalam membela hak-hak bangsa Palestina.

Hubungan baik Indonesia dengan Israel, kalau toh ada, tidak serta-merta menghapusk kejahatan kemanusiaan yang dilakukan terhadap Palestina selama 75 tahun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News