Industri Aluminium Domestik Sulit Bersaing dengan Tiongkok

Industri Aluminium Domestik Sulit Bersaing dengan Tiongkok
POSITIF: Jajaran Direksi PT Indal Alumunium Industry Tbk (INAI) saat memaparkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terkait kinerja perusahaan. Foto: Radar Surabaya/JPNN

Selama ini produsen aluminium dalam negeri sulit bersaing dengan produk Tiongkok.

Persaingan tidak sehat itu, menurut Wibowo, muncul sebagai dampak perang dagang AS-Tiongkok.

’’Langkah tersebut memang masih dalam proses dan diskusi. Namun, akan terus kami usahakan,’’ tegasnya.

Tahun ini ALMI mengeksplorasi kemungkinan masuknya investor baru.

Para pemilik modal itu nanti ikut menopang permodalan dan peningkatan efisiensi produksi. Juga, membantu diversifikasi pasar lokal dan ekspor.

’’Kami juga bakal terus bekerja sama dengan para pembeli besar di pasar ekspor untuk mengoptimalkan kinerja,’’ kata Wibowo.

Selama ini kontribusi ekspor terhadap total revenue perusahaan mencapai 83 persen. Sisanya diisi lokal. Yang mendominasi adalah pasar Amerika (72,5 persen).

Produsen lembaran aluminium tersebut menargetkan pertumbuhan penjualan sekitar 10 persen sampai akhir tahun.

Harga aluminium dunia tertekan sejak paruh kedua tahun lalu. Pada kuartal keempat 2018, harga aluminium mencapai USD 2.243/MT atau sekitar Rp 31,6 juta/MT.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News