Industri Aluminium Domestik Sulit Bersaing dengan Tiongkok

Industri Aluminium Domestik Sulit Bersaing dengan Tiongkok
POSITIF: Jajaran Direksi PT Indal Alumunium Industry Tbk (INAI) saat memaparkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terkait kinerja perusahaan. Foto: Radar Surabaya/JPNN

jpnn.com, SURABAYA - Harga aluminium dunia tertekan sejak paruh kedua tahun lalu. Pada kuartal keempat 2018, harga aluminium mencapai USD 2.243/MT atau sekitar Rp 31,6 juta/MT.

Namun, pada kuartal pertama tahun ini, harganya turun 15 persen menjadi sekitar USD 1.899/MT atau setara dengan Rp 26,8 juta/MT.

Director PT Alumindo Light Metal Industry Tbk (ALMI) Wibowo Suryadinata mengatakan, penurunan harga mengakibatkan laba kotor perseroan pada kuartal pertama ini ikut merosot.

BACA JUGA: Petrokimia Gresik Genjot Ekspor Pupuk ke India dan Filipina

’’Namun, kami berharap keadaan ini bisa membaik pada semester kedua,’’ tuturny akhir pekan lalu.

Pihaknya berusaha meningkatkan pendapatan dengan membeli bahan baku secara lebih terstruktur. Dengan begitu, gap harga jual dan harga pokok penjualan (HPP) bisa diminimalkan.

Selain itu, ALMI melalui Asosiasi Produsen Aluminium Extrusion, Aluminium Plate, Sheet & Foil (Apralex-Sh & F) meminta bantuan pemerintah.

Tepatnya meminta proteksi dalam persaingan dengan produk aluminium foil impor di pasar domestik. Sebab, harga produk impor di pasar tidak masuk akal.

Harga aluminium dunia tertekan sejak paruh kedua tahun lalu. Pada kuartal keempat 2018, harga aluminium mencapai USD 2.243/MT atau sekitar Rp 31,6 juta/MT.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News