Ingat! Santoso Bukan Mati Syahid

Ingat! Santoso Bukan Mati Syahid
Santoso. Foto: JPNN

Santoso tewas dalam baku tembak dengan Satgas Tinombala, dalam hal ini tim Alfa 29 Batalion 515 Jember, di Pegunungan Biru, Desa Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah, Senin (18/7) pekan lalu.

Selain itu, Buya juga menepis anggapan bahwa diperpanjangnya operasi penumpasan teroris atau sebut sebut saja Operasi Tinombala adalah rekayasa aparat kepolisian karena ada bantuan dana dari luar negeri.

Ia menegaskan itu tidak benar. Karena itu, perlu ada dialog terus menerus dalam hal ini BNPT dan Densus 88 kepada masyarakat luas, tokoh masyarakat. Apakah itu kiai atau para guru sehingga kita tidak menimbulkan salah terus menerus yang menghabiskan energi.

Sementara tokoh masyarakat Poso yang juga Dosen Fisip Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah Muzakir Tawil mengungkapkan, dalam konteks berbangsa dan bernegara, perjuangan yang mengarah ke jihad sebenarnya bisa tersalur dalam wadah-wadah dan mekanisme yang ada.

Indonesia tidak mengenal perjuangan yang mengatasnamakan jihad diluar yang sudah ditetapkan Islam.

“Jalan atau perjuangan yang ditempuh oleh Santoso adalah jalan yang harus dikaji. Langkah yang dijalani Santoso itu perlu diperbaiki karena melawan negara itu jelas salah. Memang sulit memperbaikinya dan itu memerlukan pendekatan multidisiplin dan memakan waktu yang lama,” kata Muzakir.

Menurut Muzakir, masalah penyelesaian masalah Poso perlu waktu lama karena persoalannya tidak melulu ideologi, tapi juga sosial, ekonomi, politik, dan rasa kecewa.

Pemerintah memerlukan pendekatan yang multi dimensi untuk menyelesaikan persoalan Poso dan melibatkan berbagai stakeholder. Selain itu, juga diperlukan pemahaman dari masyarakat. (jos/jpnn)


YOGYAKARTA - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengatakan, berbagai klaim simpatisan paham kekerasan terorisme bahwa teroris


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News