Ingat, Stok Pangan Bali Tinggal Tersisa untuk 3 Bulan Saja

Ingat, Stok Pangan Bali Tinggal Tersisa untuk 3 Bulan Saja
Ilustrasi beras. Foto: Radar Semarang/JPNN

jpnn.com, DENPASAR - Erupsi Gunung Agung di Bali tak hanya berdampak pada lalu lintas penerbangan dari dan menuju provinsi berjuluk Pulau Dewata itu. Kini, kekhawatiran yang muncul adalah krisis pangan jika erupsi Gunung Agung tak kunjung berhenti.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Mardiana mengatakan, jika erupsi magmatik Gunung Agung berlangsung lama maka imbasnya adalah kekurangan pangan. Sebab, stok pangan terutama beras yang ada hanya cukup untuk 3 sampai 4 bulan ke depan.

Menurut Mardiana, cadangan beras di Bali saat ini 8 ribu ton. Jumlah itu hanya cukup sampai 4 bulan ke depan.

Sedangkan jumlah warga Karangasem yang mengungsi tidak banyak seperti sebelumnya. Dengan pengungsi yang lebih sedikit itu, Kementerian Sosial RI sudah menyatakan beras pemerintah akan diturunkan dengan asumsi per orang mengonsumsi 400 gram per hari.

Dengan jumlah pengungsi 25 ribu maka paling tidak dibutuhkan 112 ton per hari. “Sementara stok beras yang ada cukup untuk empat bulan ke depan,” sebutnya.

Namun, dia tetap optimistis bahwa aktivitas Gunung Agung tidak berpengaruh pada produksi bahan pangan di Bali. Sebab, wilayah Karangasem bukan sentra produksi pangan seperti di Jembrana, Tabanan ataupun Badung.

“Hanya produksi palawija yang akan turun karena Karangasem daerah produksi sayur-sayuran dan buah-buahan,” ungkapnya.

Sementara Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta mengatakan, sampai saat ini stok bahan pangan masih memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di wilaya berjuluk Pulau Seribu Pura itu. Namun, kata Sudikerta, stok pangan khususnya beras untuk Bali hanya cukup untuk kurun waktu hingga tiga bulan mendatang.

Erupsi Gunung Agung di Bali tak hanya berdampak pada lalu lintas penerbangan, tetapi juga menyisakan kekhawatiran tentang kemungkinan terjadinya krisis pangan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News