Ingin Karyanya Bisa Dipamerkan di Surabaya

Ingin Karyanya Bisa Dipamerkan di Surabaya
SKETSA - Tony Rafty memperlihatkan sketsa Adam Malik kepada Pemred Jawa Pos, Leak Kustiya, di rumahnya di pinggiran Kota Sydney, Australia, Minggu (7/3). Foto: Tony Rafty for Jawa Pos.
Kalau berada di rumah Affandi, sepertinya tak ada perbedaan antara presiden, wartawan, atau pelukis. Semua teman. Perjuangan Indonesia, lukisan, semua dibicarakan tanpa beban apa-apa. "Dia (Soekarno, Red) sangat senang berbicara tentang masa depan Indonesia, keindahan, dan kesenian. Ngobrol tentang itu bisa dia lakukan hingga berjam-jam meski tanpa kopi," katanya.

Rafty juga berteman dengan Basuki Abdullah. Dia menyesalkan tewasnya sang pelukis realis kelahiran Solo pada 1993. Basuki Abdullah dibunuh pembantunya yang menginginkan arloji mewah miliknya. "Targis," kata Rafty. Kali ini dia menunjukkan dua buah gambar. Yang satu adalah sketsa dirinya yang dibuat oleh Basuki Abdullah. Gambar satunya lagi adalah sketsa Basuki Abdullah karya Tony Rafty. Dari dulu sesama pelukis agaknya tidak dilarang saling melukis.

Setelah lima bulan meliput perang kemerdekaan di Surabaya, pada Februari 1946 Rafty pulang ke Australia untuk kembali bekerja di harian The Sun dan berkumpul dengan ketujuh saudaranya di Sydney. Ketekunan Rafty dalam membuat sketsa tak pernah berhenti. Bahkan, keterampilannya membuat sketsa juga dia kembangkan menjadi pelukis karikatur.

Anak imigran asal Yunani yang datang ke Australia pada 1902 itu di kemudian hari membuat banyak karikatur untuk diterbitkan di harian The Sun. Harian The Sun telah berganti nama dan hidup satu atap di bawah grup Fairfax bersama The Sydney Morning Herald.

Tony Rafty ingin sekali bisa mengunjungi Surabaya, kota yang memberinya banyak kenangan. Dia juga berharap karya-karyanya yang "sebagian telah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News