Ini Jumlah Utang Petani yang Bawa Jenazah Anak Naik Motor

Ini Jumlah Utang Petani yang Bawa Jenazah Anak Naik Motor
NAIK MOTOR: Sujana dan Sari Saat membawa pulang jenazah anaknya dari Instalasi Forensik Sanglah ke Banjar Yeh Kori, Ben Bebandem, Karengasem Sabtu (2/7). FOTO: Ratu Ayu Astri Desiani/Radar Bali

Tetapi yang jelas, kalau memang pasien itu miskin, rumah sakit semestinya harus mengatensi. Tetapi yang menjadi permasalahan, apakah kejadian ini sudah diketahui oleh manajemen rumah sakit sendiri," ucapnya.

Menurutnya, jika saja kejadian ini dikomunikasikan oleh Sujana dan Sari, pihak Dinkes dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)sesungguhnya memiliki ambulans gratis, yang siap untuk membantu masyarakat dalam kondisi apa pun.

Dr Suarjaya mengatakan, berdasar pedoman JKBM, alat-alat medis seperti selang, pen, dan alat-alat medis lainnya memang tidak dijamin.

Karena itu, biaya alat-alat medis menjadi tanggung jawab Sujana dan Sari. "Kalau operasi anus itu menggunakan alat, nah alat itu lah yang tidak di jamin oleh JKBM.Yang dijamin itu hanya biaya perawatan, rawat inap, dan biaya jasa operasi saja," jelas dr Ketua Suarjaya.

Terkait langkah yang dilakukan oleh RS Sanglah dengan memberikan surat pernyataan hutang kepada pasutri itu, dr Surajaya mengatakan langkah pihak RS Sanglah sudah benar.

Sebab, RS Sanglah pun harus mempertanggung jawabkan keuangannya. Tapi, jika Sujana dan Sari memiliki surat pernyataan tidak mampu dari tempat tinggalnya, maka RS Sanglah harus memiliki kebijakan berupa pengurangan atau bahkan penghapusan hutang.

Dengan catatan, pihak rumah sakit harus menurunkan tim untuk melihat apakah benar Sujana dan Sari berasal dari kalangan yang kurang mampu. (des/yor)

KARANGASEM - Meski sudah kehilangan anak ketiganya, pasutri Wayan Sujana, 45, dan Wayan Sari, 40, juga masih dihantui dengan utang yang harus mereka


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News