Ini Kekhawatiran Risma saat SMA/SMK tak Gratis Lagi

Ini Kekhawatiran Risma saat SMA/SMK tak Gratis Lagi
Tri Rismaharini (kiri). Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

Harapannya, tidak akan ada lagi anak-anak yang putus sekolah yang akhirnya berdampak pada tindakan kriminalis.

Sebab berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian outreach dari anak-anak yang melakukan tindak kriminalitas di bawah umur biasanya adalah anak yang memang ada kekurangan dalam hal ekonomi keluarga.

“PR terbesarku adalah bagaiman pendidikan ini bisa dikelola oleh pemkot. Jujur aku khawatir kalau sampai anak-anak dipungut biaya SPP, kalau anak tidak mampu bagaimana. Dia bisa putus sekolah, lalu masuk ke dunia kriminalitas, radikalisme, terus mau jadi apa mereka nantinya. Ini yang aku takutkan,” kata Risma.

Banyaknya kriminalitas yang terjadi pada anak-anak usia dini, merupakan salah satu faktor dari putusnya sekolah yang diakibatkan tidak adanya biaya.

Inilah yang akan menjadi pekerjaan rumah paling besar bagi mantan kepala Bappeko Surabaya ini.

Kondisi anak saat ini kata Risma, jauh berbeda dengan zaman dahulu. Anak-anak sekarang menurutnya lebih rapuh dan mudah dipengaruhi lingkungan.

Sehingga membutuhkan pengawasan dari semua pihak, baik keluarga dan lingkungan. Dengan begitu, anak bisa terhindar sejak dini ajak-ajakan negatif.

“Kondisi ini gak mudah buat aku, aku takut sekali kalau anak-anaknya sampai terjerumus. Aku takut kalau mereka tidak bisa memanfaatkan waktunya dengan baik. Ini merupakan PR besar yang harus aku segera selesaikan, karena ini gak mudah,” tandasnya.

JPNN.com – Menyambut tahun baru 2017, ada satu pekerjaan rumah yang bagi Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini wajib untuk diselesaikan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News