Inilah Kalimat Singkat dari Mulut Ibunya Dita Oepriarto
’’Kalau ketemu saya, dia itu pasti nyapa akrab. Beberapa kali dia ke rumah buat minta bantu jual produknya. Pernah sari dele (kedelai), habatussaudah, sampai saya pernah ikut MLM gara-gara dia,’’ ungkapnya.
Saat berpapasan tahun lalu, mereka juga masih bertegur sapa. Tapi, tahun ini Hanna mengaku belum sempat bertemu. Seingat dia, sedari kecil Dita tidak pernah menunjukkan sikap ekstrem. Bahkan, dia tak pernah melihat Dita mengumpat.
Lalu, sejak kapan sikap Dita itu berubah? Tak ada yang benar-benar tahu. Pihak keluarga, saat ditemui Jawa Pos pada Senin lalu, mengaku sudah dua tahun Dita tak pernah menjenguk sang ibu di Tembok Dukuh. Padahal, mereka masih tinggal sekota.
BACA JUGA: Tentang Sosok Budhi Satrio dan Penyamaran Densus 88, Dor!
Kemarin rumah yang ditinggali ibu dan adik Dita terkunci. Tidak ada aktivitas yang terlihat di rumah yang juga menjadi tempat toko kelontong dan laundry itu.
’’Keluarganya sedang keluar, Mas. Kabarnya sedang mengurus jenazah Dita,’’ ujar Abdul Hamid, ketua RT 8 Tembok Dukuh.
Wakil Ketua RW 1 Kelurahan Tembok Dukuh Karyono menambahkan, ibu Dita shock setelah mendengar kelakuan anaknya. ’’Golek opo sih bocah kuwi?’’ kata Karyono menirukan sang ibu saat mengeluh.
Saat di Tembok Dukuh, tutur Karyono, Dita dikenal baik dalam keseharian. ’’Dulu pernah jadi ketua RT (8 periode, 2005–2010),’’ ungkap Karyono.
Dita Oepriarto, yang mengajak istri dan empat anaknya melakukan aksi bom bunuh diri, sudah lama tidak jenguk ibunya.
- Kapolda Sumsel Minta Mantan Narapidana Turut Jaga Keamanan dari Ancaman Terorisme
- Berantas Terorisme, BNPT Minta Masyarakat Menyaring Konten Radikalisme di Dunia Maya
- Kepala BNPT: Terorisme Kejahatan Kemanusiaan, Tidak Sesuai dengan Nilai Agama
- Prancis Siaga Maksimal Setelah 137 Orang Dibantai Teroris di Rusia
- Kutuk Serangan Teroris di Moscow, Kepala BNPT: Terorisme Ancaman Serius Terhadap Perdamaian Dunia
- 60 Orang Tewas dalam Serangan Teroris di Gedung Crocus Rusia