Inilah Pemicu Tsunami di Donggala dan Palu, Tiga Kemungkinan

Inilah Pemicu Tsunami di Donggala dan Palu, Tiga Kemungkinan
Mobil yang bertumpuk di sekitar Pantai Talise, Palu, Sabtu (29/9) akibat tsunami. Foto: HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS

Hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi gempa. Tapi, khusus untuk sesar Palu Koro perlu ada penelitian statistik apakah ada pengulangan atau siklus. Misalnya sesuai dengan data pernah terjadi pada 1927 dan 1930 (lihat grafis). ”Tapi waktu itu belum ada catatatnya,” imbuh dia.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan sesar Palu Koro memang begitu aktif. Pergerakan formasi batuan mencapai 35 sampai dengan 44 mm pertahun.

”Patahan Palu-Koro merupakan patahan dengan pergerakan terbesar kedua di Indonesia, setelah patahan Yapen, Kepulauan Yapen, Papua Barat, dengan pergerakan mencapai 46 mm pertahun,” ungkap dia. Patahan tersebut pernah menyebabkan gempa dengan magnitudo 7,9.

Sutopo menuturkan BNPB menerima laporan tinggi tsunami di Palu itu sampai enam meter. Ada seorang warga yang mengaku menyelamatkan diri dengan naik ke pohon yang tingginya enam meter. ”Tinggi rendahnya tsunami itu tergantung dari kedalaman laut dan topografi yang ada di pantai,” ungkap dia.

Tapi tentu saja hal itu perlu penelitian lebih lanjut. Dia mengungkapkan akan mengundang peneliti dan akademisi dari kampus-kampus untuk mensurvei lokasi gempa. Tujuanya untuk memetakan kondisi seperti ketinggian tsunami dan kekuatan tsunami. Hasil penelitian itu bisa dipergunakan untuk pembelajaran dan mitigasi bencana.

”Tentu juga akan terkait dengan tata ruang kota Palu dan Donggala yang harus disesuaikan dengan tingkat ancaman yang ada,” jelas dia. (jun)

 


Setidaknya ada tiga teori atau analisis yang mengemuka terkait penyebab tsunami di Donggala dan Palu, Sulteng.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News