Inilah Penyebab Natuna Jauh dari Konflik dan Intoleransi, Kepala BPIP Sampaikan Hal Ini

Menurutnya, modernisasi wilayah perbatasan dapat dilakukan dengan pendekatan resources, karena tidak sedikit pulau-pulau perbatasan maupun daratan di perbatasan memiliki potensi sumberdaya kelautan yang dapat dikembangkan.
"Kehidupan di wilayah perbatasan memang cukup berwarna. Artinya, selain potensi positif yang kita miliki dari sumber daya alam ada, juga potensi negatif dalam kehidupan bernegara yang jika kita tidak waspadai dan perhatikan baik-baik akan mampu mengancam keutuhan NKRI," ungkapnya.
Peraih gelar Bachelor of Art dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menyebutkan ada banyak isu yang menjadi diskursus pengelolaan perbatasan.
Mulai soal isu batas territorial, isu keamanan dan kedaualatan nasional, seperti kejahatan lintas batas dan terorganisir, penyelundupan, perdagangan ilegal dan garis batas yang kabur.
Kemudian isu kemiskinan, keterbelakangan, serta keterbatasan sarana dan prasarana ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang dialami warga Indonesia di perbatasan.
Hingga isu-isu patriotisme dan ketahanan nasional, seperti penduduk perbatasan yang merasa dianaktirikan pemerintah.
Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi menyampaikan Natuna merupakan daerah perbatasan yang kokoh dan Pancasilais hingga jauh dari konflik dan intoleransi selama ini
- LSM dan Mahasiswa Dinilai Berperan Penting sebagai Penyeimbang Kekuasaan
- Beban Ekonomi Makin Berat, Masyarakat Rela Mengantre demi Beras Gratis di Kampus UBK
- Tarif Trans Semarang Rp 0, Pelajar dan Mahasiswa Tinggal Naik
- Mahasiswa Asal Inhu Tewas Kecelakaan Tunggal di Pekanbaru, Motor Hilang
- 959 Unit Begawan Apartemen Milik PPRO Ludes Terjual
- Diskusi 70 Tahun KAA, BPIP: Dasasila Bandung jadi Warisan Indonesia di Politik Dunia