Intelijen Lemas, Kekerasan Meluas
Rabu, 09 Februari 2011 – 09:09 WIB
Seharusnya, begitu dapat informasi awal soal potensi kekerasan, intelijen Polri segera melaporkan temuannya pada pimpinan dan diantisipasi. "Kami melihat ada kesan pembiaran. Aparat ada di lapangan, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa," lanjut lulusan University Essex, London, Inggris, itu.
Dari catatan KontraS, kekerasan yang melibatkan massa terorganisasi beberapa kali gagal diantisipasi polisi. Misalnya, rusuh di Koja, Tanjung Priok; rusuh dalam sidang Blowfish di PN Jakarta Selatan; dan sekarang kasus Cikeusik dan Temanggung.
"Fungsi intelijen yang lemah, ditambah strategi pengelolaan keamanan di lapangan yang kurang professional, membuat rusuh seperti itu terus terjadi," terang dia.
Padahal, dia menyebut, dari tren kekerasan yang terjadi, polanya selalu terulang. Selain pengerahan orang dalam jumlah besar, muncul komando massa, serta aksi membawa senjata dan terencana.
JAKARTA - Kerusuhan Temanggung yang terjadi hanya selang dua hari dari kerusuhan di Cikeusik, Pandeglang, Banten, disesalkan oleh banyak pihak. Intelijen
BERITA TERKAIT
- Pupuk Bersubsidi Sebesar 9,55 Juta Ton Siap Disalurkan Kepada Petani
- Kematian Brigadir RA saat Jadi Ajudan Pengusaha Harus Jadi Atensi Kapolri
- Peringati Hari Buruh, Menaker Ida Luncurkan Kepmen Dukung Hubungan Industrial yang Harmonis
- EF Kids & Teens Hadirkan Program dan Manfaat Pelatihan Bahasa Inggris di 6 Area Wisata Indonesia
- Fraksi PKS Konsisten Memperjuangkan Kesejahteraan dan Perlindungan Buruh
- Bocah Tenggelam di Sungai Borang Sudah Ditemukan, Begini Kondisinya