Irma Hariawang, Peneliti Candi Borobudur yang Dikaitkan dengan Ilmu Astronomi

Ternyata Ada Hubungan Antara Stupa dan Penentuan Awal Musim

Irma Hariawang, Peneliti Candi Borobudur yang Dikaitkan dengan Ilmu Astronomi
Irma Hariawang (dua dari kiri) bersama teman-temannya sesama peneliti. Foto : Dhimas Ginanjar/Jawa Pos

Di samping itu, dia mendapatkan bukti bahwa Borobudur miring 1 derajat sejak dibangun pada dinasti Syailendra sekitar 800 Masehi. Dari empat sisi bangunan Borobudur itu, diketahui arah utara-selatan menunjuk posisi kutub utara dan kutub selatan. Ini membuktikan bahwa nenek moyang kita saat itu sudah mampu menentukan arah timur-barat secara akurat dengan menggunakan bayangan matahari. "Itu masih fakta awal. Masih banyak penelitian lanjutan yang harus dilakukan," ungkapnya.

  

Namun, penelitian seperti itu tidak mudah. Selain penelitian arkeoastronomi di Indonesia masih baru, masalah dana kerap menjadi penghambat. Belum populernya arkeoastronomi juga membuat tidak banyak pihak yang mau mendanai penelitian.

Selama penelitian, timnya efektif pergi ke Borobudur hanya 12 kali. Yakni Maret 2009, Desember 2009, dan ditutup Maret 2010. Setiap ke sana, lama penelitian juga dipersingkat menjadi empat hari saja. "Awal ke Borobudur, kami mbonek (bondo nekat) karena dana masih minim," kenang perempuan kelahiran Surabaya, 26 tahun lalu, itu.

  

Masalah dana tersebut juga sempat mengancam berlangsungnya penelitian. Untung, tim yang sempat ngos-ngosan soal dana itu akhirnya mendapatkan kucuran dana pada akhir 2009. Itu pun setelah timnya menjadi finalis lomba riset di kampusnya.

Mungkin sudah cukup banyak orang yang meneliti Candi Borobudur. Tapi, yang dilakukan Irma Hariawang termasuk langka dan unik. Sebab, dia meneliti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News