ISIS Tak Pakai Hipnotis, Tapi Pola Cuci Otak

ISIS Tak Pakai Hipnotis, Tapi Pola Cuci Otak
Nasir Abbas saat menggelar konferensi pers terkait ISIS di Indonesia dan upaya pencegahan di Jakarta, Kamis (19/3). Teroris menyerang sendi-sendi ideologi masyarakat untuk menanamkan paham yang mereka anut. Foto: Ricardo/JPNN.com

Kalau hasratnya hanya ingin tinggal di sana, bukan ancaman. Tapi dengan mereka mendidik anak dan kemudian kembali ke Indonesia untuk melakukan sesuatu, ini yang menjadi berbahaya. Jadi ini ancaman di masa akan datang. 

Makanya yang penting kita harus ingatkan, jangan mudah terpengaruh dan mudah terjeun. Apapun itu, klarifikasi kepada keluarga, kemudian kepada guru yang dipercaya. Karena hal tersebut bisa merugikan diri sendiri, keluarga dan orang-orang yang disayang.

Tapi kan membawa kembali mereka dalam pelukan NKRI cukup sulit?

Memang tidak gampang. Intinya kita hanya berusaha melakukan upaya-upaya pencegahan. Nah untuk membuka hati, itu kan Allah yang menggerakkan. Cara-cara yang dilakukan misalnya mengumpulkan mereka di satu tempat terlebih dahulu. Di situ diberi pemahaman. Menghadapi ideologi ini juga perlu edukasi lewat media, tidak hanya dari sekolah. Sayangnya di media-media kita sekarnag ini banyak acara seperti sinetron tidak memberi edukasi yang baik.

Pemerintah juga tidak boleh berhenti melakukan upaya-upaya yang sudah dilakukan. Misalnya program deradikalisasi, pencegahan, pencerahan. Karena mereka juga tidak pernah berhenti. (*)

Berita Selanjutnya:
Saya Tidak Bisa Melawan

KELOMPOK militan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) masih rajin merekrut para pengikut dari beberapa negara. Salah satunya Indonesia. Beberapa


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News