Istirahatlah Kata-kata, Kemerdekaan adalah Nasi

Istirahatlah Kata-kata, Kemerdekaan adalah Nasi
Cover film "Istirahatlah Kata-kata" yang mulai ditayangkan pada 19 Januari mendatang. Foto: I Gde Kharisma Yudha Dharma/Rakyat Kalbar

jpnn.com - jpnn.com - Wiji Thukul, atau Widji Thukul kembali hangat diperbincangkan. Kisah tentang aktivis dan juga sastrawan pemilik nama lahir Widji Widodo itu, bakal segera muncul dalam...Istirahatlah Kata-kata.

Sebuah film, yang berkisah tentang pelarian Widji Thukul, yang bergerilya lewat puisi dan sajak. Marissa Anita, Melanie Subono dan Gunawan Maryanto adalah sederet nama pemerannya.

Film yang judulnya ini diambil oleh sutradara Yosef Anggi Noen dari sepenggal kalimat puisi yang dibuat oleh Thukul, mungkin bisa menjadi media pembelajaran untuk mengenal sosok aktivis yang dituduh sebagai salah satu dalang kerusuhan saat demonstrasi besar-besaran di masa rezim Orde Baru.

Film ini akan mengajak penonton untuk menerka-nerka bagaimana rasanya menjadi seorang Wiji Thukul yang harus bersembunyi, meninggalkan rumah serta istri dan anak-anaknya, karena dikejar-kejar oleh pemerintah. Dan juga akan membuat kita bertanya-tanya, di mana keberadaan Wiji Thukul.

Apa memang benar dia sudah meninggal...

Ini bukanlah yang pertama kalinya kehidupan Wiji Thukul diangkat dan dibahas secara khusus. Sebuah majalah ternama di Indonesia juga pernah menerbitkan ulasannya pada Mei 2013 lalu dengan judul "Teka-teki Wiji Thukul, Tragedi Seorang Penyair".

Edisi tersebut menceritakan bagaimana pria cadel ini pamit kepada istrinya untuk pergi bersembunyi pada Agustus 1996. Mengembara dari satu kota ke kota lain untuk menghindar dari kejaran jenderal-jenderal di Jakarta yang marah dan menuding puisinya menghasut para aktivis untuk melawan pemerintahan rezim Orde Baru. Tapi setelah rezim Soeharto tumbang, Wiji Thukul tak juga pulang.

Pontianak, kota yang dilewati garis khatulistiwa dan Sungai Kapuas ini, adalah satu dari sekian banyak tempat yang dipilih Wiji Thukul untuk bersembunyi selama kurang lebih delapan bulan. Dengan dibantu oleh beberapa temannya seperti Stephanus Djuweng, Darlip dan Martin Siregar yang berada di Pontianak pada saat itu, ia mencoba bertahan hidup.

 Wiji Thukul, atau Widji Thukul kembali hangat diperbincangkan. Kisah tentang aktivis dan juga sastrawan pemilik nama lahir Widji Widodo itu,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News