Isu Gender Sampai Caleg yang Gagap

Isu Gender Sampai Caleg yang Gagap
Isu Gender Sampai Caleg yang Gagap
Parlemen yang diimajinasikan adalah  yang tak menelorkan UU dan kontrol sosial dengan kacamata patriarki atau matriarki belaka. Tetapi dengan kacamata manusia seutuhnya yang menyahuti aspirasi dan gagasan kemanusiaan tanpa memandang jenis kelamin, ras, suku, umur dan daerah. Semua dapat tempat, semua harus dicatat.

Barangkali cara memandang persoalan lah yang mutlak diluruskan. Ketika pelaku koruptor, sebagai ilustrasi saja, dilakukan oleh pejabat lelaki tentu saja bukan karena dia pria. Melainkan karena abused of power. Ketika seorang bos perempuan menindas bawahannya yang lelaki, seperti lakon  aktris Demi Moore dalam sebuah film AS di masa lalu, bukan karena ia perempuan tetapi karena ia seorang bos yang berkuasa.

Mungkin, itu pula sebabnya UU Antipornografi (dan Pornoaksi?) sempat menjadi perdebatan publik. Salah satu alasan penentangnya karena RUU itu disusun dengan pandangan yang patriarkis.

Menjadi wakil rakyat tak cuma sekedar meraih suara terbanyak. Melainkan bagaimana meraih, menampung dan memperjuangkan kepentingan, gender, mayoritas-minoritas, aspek suku, religi, kelompok umur, pusat-daerah, kaya, golongan menengah dan miskin serta lainnya secara berimbang dan adil. Dalam perkara ini, jangan-jangan masih banyak caleg yang gagap dan gugup. **

“LALU lintas politik” kontemporer di negeri ini tampaknya akan saling tabrakan di “jalan raya” seusai Pemilu Legislatif beberapa


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News